05/01/2015

Jelajah Tanah Flores & Timor Day 1 (Denpasar - Kupang - Atambua)

Alhamdulillah, akhirnya perjalanan yang udah ditunggu tunggu dan direncanakan selama 5 bulan ini terealisasi juga. Impian saya buat menjejakkan kaki di tanah Flores dan Timor pun terwujud. Rasanya ? Seneng, seneng, dan seneng banget. Perjalanan saya kali ini bukanlah tipe backpacker, seperti yang udah tertanam di pikiran orang-orang, kalau backpacker itu harus "gembel". Saya bukan backpacker karena saya masih menikmati hotel hotel menengah ke atas, dan di beberapa lokasi saya menggunakan mobil sewaan bukan menggunakan bus antar kota karena ada beberapa kendala. Total pengeluaran selama trip ini kurang lebih sebanyak 6 juta selama 2 minggu. Udah termasuk tiket Denpasar - Kupang, Kupang - Ende, dan Labuan Bajo -  Denpasar.

Sabtu, 20 Desember 2014

Heading to Kupang

Sabtu pagi pukul 9 pagi saya udah bersiap siap ke bandara Ngurah Rai, karena jadwal penerbangan saya ke Kupang jam 10.45 pagi. Ga lupa saya mampir dulu ke gerai Beard Papa beli vanilla puff nya buat sarapan. Saya cukup beruntung bisa naik Garuda Indonesia kali ini, apalagi tiketnya paling murah dibanding Wings Air yang udah hampir 1,3 juta. Senengnya lagi, dapet makan siang gratis, lumayan menghemat makan siang saya nanti di Kupang. Apalagi nanti setelah landing di Kupang perjalanan saya bakal berlanjut ke Atambua dengan bus antar kota, jadi kemungkinan saya ga bakal sempat makan siang di Kupang.  Selama perjalanan di atas pesawat, saya ga berhenti mengucap syukur. Antara percaya dan ga percaya saya terbang juga ke Kupang. Tempat terjauh di timur Indonesia yang sejauh ini sudah saya sambangi. Apalagi waktu kepala melongok ke jendela, terlihat di bawah sana pulau-entah-apalah-itu yang berwarna coklat dan berkontur khas, ga kaya yang terlihat kalo saya terbang di Jawa.

Bandar Udara El Tari dengan simbol sasando raksasa
Jam 12.55 siang pesawat saya sampai juga di tanah yang terkenal dengan alat musik Sasando, yaitu kota Kupang. Begitu turun dari pesawat, hanya satu komentar saya : PANAS. Seriously, panasnya terik dan bikin silau mata. Sehingga mata saya sedikit menyipit begitu berjalan menuju terminal kedatangan Airport El Tari ini. Begitu memasuki terminal kedatangan, saya semakin gugup karena wajah wajah yang saya lihat begitu berbeda dengan yang pernah saya lihat sebelumnya. Mereka terlihat begitu sangar dan galak. Ya memang, karakter wajah orang orang di timur Indonesia sedikit terlihat lebih keras. Saya semakin bingung celingak celinguk nyari Yance, temen yang jemput saya di bandara El Tari. Setelah ketemu, perasaan langsung lega, akhirnya ada juga orang yang saya kenal di tempat jauh begini. Iyaa, saya emang cemen, belom berani solo travelling, belum cukup nyalinya. Ga membuang waktu lama di bandara, kami langsung cabut ke agen bis antar kota Kupang-Atambua "Surya Gemilang" yang akan mengantarkan kami menuju Atambua, untuk menuju perbatasan Indonesia-Timor Leste yang terletak di daerah Mota'ain, Atambua. Sesampai di agen bus, Yance ngomong ngomong pake bahasa lokal dengan salah satu konjak (kenek dalam bahasa Kupang) kurang lebih pesen kursi untuk ke Atambua. Suasana siang itu panas maksimal, ditambah riuhnya teriakan para konjak yang mengatur barang bawaan penumpang yang diletakkan diatas body bis dan diikat tali kemudian ditutupi terpal guna melindungi dari air hujan. Tak terkecuali tas saya juga diletakkan diatas body bus, dan langsung terpapar sinar matahari. Ada perasaan khawatir saya terhadap make up dan parfum saya, takut rusak soalnya terpapar sinar matahari Kupang yang panasnya masya Allah. Ya kali, Mi jalan jalan bawa make up (abaikan...). Dan satu lagi pemandangan ajaib di mata saya. 2 buah motor bebek diikat di belakang bus, dan hebatnya para konjak itu, mereka kuat banget bahu membahu angkat motor bebek yang pasti ga ringan itu. Suasana saat itu cuma bisa digambarkan dalam satu kata : Panas. Saya iseng jalan jalan keluar cari angin, yang ada saya malah diliatin mbak mbak dan mas mas Kupang, seakan akan ada tulisan "Lihat Aku" nempel di jidat saya. Karena risih juga diliatin, saya kembali nempel ke Yance -lelaki asli Timor yang udah lama tinggal di Bali-. Buahahaha, diliatin aja langsung takut. Payah emang si Ami ini. Byuh...

Para konjak yang lagi ngiket motor di belakang body bus
Menuju Atambua di Kab. Belu

Akhirnya, kami para penumpang diijinkan masuk ke dalam bis yang sudah penuh sesak. Saya dan Yance kebagian duduk di belakang supir, tepat di atas mesin bis. Panas, panas, dan panas. Yance berulangkali menenangkan saya kalo bis akan terasa dingin kalo sudah mulai jalan karena angin yang masuk dari jendela. Jujur, saya ga masalah kok, saya cukup menikmati keadaan siang itu. Saya juga pernah berada di bis 3/4 seperti ini sebelumnya. Dan benar, setelah bis berjalan, akhirnya saya bisa ngerasain semilir angin yang lumayan meyegarkan. Yeay, Atambua here we come !! Untuk menuju Atambua harus melewati kota Niki Niki, Soe, Kefamenanu, Halelulik, dan sampailah di Atambua. Akhirnya, rasa panas akibat duduk diatas mesin bus pun saya rasakan. Kaki terasa panas menyengat dan keringat saya mengucur deras, angin dari jendela ga mampu mengeringkan keringat saya yang udah segede bulir jagung. Bahkan ketika sampai kota Soe yang terkenal dengan hawanya yang sejuk, ibarat Puncak di Jawa Barat dan Bedugul kalo di Bali. Saya masih tetap kepanasan, sementara para penumpang lain udah mulai pake jaket dan menutup kaca jendela mereka. Ahh, kesalahan terbesar nih duduk diatas mesin bus. Ditambah dengan lagu lagu berirama dugem dengan bahasa lokal yang dipasang dengan volume maksimal, rasanya saya semakin panas. Waktu makan sore pun tiba, kami semua turun dari bus dan beberapa penumpang melakukan peregangan otot karena pegal selama berjam jam duduk berdesakan. Yang saya lakukan hanya menghirup udara segar Soe dan berharap bus ini ga jalan lagi hahahahaha.

Bus Surya Gemilang lagi parkir makan sore
Setelah puas mendinginkan badan, saya masuk ke rumah makan Padang tempat pemberhentian bus. Sedikit kaget melihat harganya, ok ini mahal, amunisi abon saya pun mulai dikeluarkan dari tas. Nasi dengan lauk telur rebus (bener bener telur rebus tanpa bumbu) dengan kucuran bumbu gulai seharga 15 ribu. Ini mahal menurut saya. Selesai makan, kami semua naik lagi ke dalam bus dan melanjutkan perjalanan menuju Atambua. Begitu saya naik bus, baju saya kecantol mur di badan bus, dan kreeeeeeekkkk. Baju saya pun sobek dengan indahnya. Oke, makasih ya bus Surya Gemilang. Dengan bersungut sungut saya menuju ke bangku panas saya. Dan saya kembali bersauna di dalam bus. Sauna rasa dugem, begitulah kira kira. Jangan ditanya kaya gimana muka saya, udah manyun gara gara baju sobek, ditambah buluk keringetan pula.

Jam di tangan saya sudah menunjukkan jam setengah 9 malem. Hebatnya saya bisa bertahan hampir 8 jam kepanasan diatas mesin bus ini. Tapi saya mulai gundah, bolak balik nanya ke Yance "Jam berapa nyampe ?" ternyata sebenernya kami seharusnya sudah sampai di Atambua, tapi yang bikin lama adalah bus ini mengantarkan penumpangnya benar benar sampe di depan rumah mereka. Nah inilah sumber permasalahan kenapa kami lama sekali masuk ke kota Atambua nya. Di Atambua, saya dijemput oleh temen baik Yance, anaknya orang yang terpandang di Atambua, namanya Kim. Saya panggil dia Om Kim. Om Kim menyuruh kami turun di pinggir jalan aja dan nanti dijemput dia, sehingga kami ga terlalu lama naik bus yang asik menurunkan penumpang di depan rumahnya masing masing. Om Kim ditemani anak buahnya yang orang asli Timor Leste yang wajahnya sangat asing buat saya. "Ohh ternyata begini wajah asli orang Timor Leste", batin saya. Lebih mirip penyanyi hiphop Amerika dibanding seperti orang timur Indonesia. Begitu turun dari bus, mobil Om Kim sudah menunggu kami. Barang bawaan saya langsung dibawakan sama anak buahnya. Akhirnya keluar dari bis sauna itu juga. Hahahaha.

10 menit perjalanan dengan mobil Om Kim, saya masuk juga di kota Atambua, jam setengah 10 malem semua kota sudah sepi dan kaya kota mati. Bolak balik saya nanya sama Om Kim "Ini kotanya ?" "Ini Atambua ?" Sepi banget, bahkan saya bisa tidur tiduran di jalan. Di Atambua saya berencana menginap di hotel Matahari, tapi ternyata udah full book, kemudian Om Kim menyarankan saya menginap di hotel Nusantara Dua. beruntungnya saya, akhirnya saya dapet kamar juga di kota yang sepi ini. Kenorakan saya pun muncul saat tiba di parkiran hotel, disana terparkir mobil double cabin berplat nomor ala Timor Leste. Hahaha. Norak banget.

Plat mobil ala Timor Leste
Setelah mengedrop saya (dan kenorakan saya) di hotel, Om Kim pamit pulang dan besok menjemput menuju ke perbatasan Indonesia-Timor Leste di Mota'ain, border yang terbesar. Semakin ga sabar rasanya untuk menunggu esok pagi. Setelah berpamitan dengan Om Kim, saya pun masuk ke kamar, maksud hati mau membersihkan diri. Ternyata bak mandi saya dipenuhi cacing kecil kecil, entah itu jentik nyamuk ato apaan. Tapi yang jelas mereka kecil kecil meliuk liuk dan banyak banget. Saya yang kegelian langsung teriak manggil respsionisnya minta dibersihin baknya. Yah nasib, pengen istirahat masih aja dikasih cobaan. Tapi gapapalah, namanya aja pengalaman. Terlepas dari hewan aneh di bak mandi saya, hotel ini cukup recommended. Mengingat hotel di Atambua ga banyak, rasanya layaklah hotel ini dipertimbangkan. Good night, Atambua.....

Tambahan Info :

- Jarak agen bus Surya Gemilang dengan bandara ga terlalu jauh. Kebetulan waktu itu saya dijemput dengan mobil, jadi saya kurang tau pasti ada ato ga ada angkot tujuan kesana. Tapi secara garis besar, jaraknya dekat.
- Jadwal keberangkatan bus Surya Gemilang jurusan Kupang-Atambua jam 2 siang, dengan 7-8 jam perjalanan. Dengan tarif Rp. 80.000,00
- Kalo pengen naik travel, tersedia Timor Travel dengan jadwal keberangkatan jam 4 sore, perjalanan katanya bisa 5-6 jam perjalanan aja. Tarif kurang lebih Rp. 120.000,00. Timor Travel - 0380 881543
- Hotel Nusantara Dua  tarifnya paling murah Rp. 150.000 dengan kamar tipe standard dengan fan. Tapi sudah cukup nyaman sejauh ini. Kalo mau upgrade ke kamar yang pake AC bisa merogoh kocek lebih dalam lagi seharga Rp. 250.000

Tarif di Hotel Nusantara Dua

2 comments:

  1. Kalau naik travel, agen travelnya deket gak itu mbak dr bandara El Tari?

    ReplyDelete
    Replies
    1. ga terlalu jauh kok, naik taksi mungkin 10 menitan aja

      Delete