30/01/2015

Jelajah Flores & Timor Day 13 (The Last Day)

1 Januari 2015

Hari itu saya terbangun cukup pagi, dan ga bersemangat untuk menjalani hari. Maklum hari ini saya akan kembali pulang ke Bali. Rasanya waktu cepet banget berlalu 13 hari ini. Seandainya ada mesin waktu saya pengen kembali dari hari pertama liburan, dari awal saya terbang ke Kupang, saat saya naik bis sauna rasa dugem menuju Atambua. Cepat sekali waktu berlalu. Saat sarapan diantar ke kamar pun saya ga merasakan ingin menghabiskannya, beda saat hari hari yang lalu saya selalu berusaha menghabiskan sarapan yang diberikan.

Menu sarapan Bayview Gardens Hotel
Sarapan terindah plus sarapan terakhir
Sarapan pagi itu enak banget menunya. Pancakenya enak, pake selai coklat dan kaya. Trus ada scrambled egg, scrambled egg nya creamy banget masih lembut, moist. Plus ada potongan buahnya. Menurut saya, ini sarapan terenak selama trip ini. Tapi entah kenapa walaupun sarapan ini paling enak, saya ga menghabiskan menu sarapan saya. Selesai sarapan saya kembali masuk ke kamar dan membereskan barang barang saya. Setelah itu saya segera mandi. Dan setelah mandi saya kembali tertidur setelah sebelumnya memasang alarm untuk bangun jam setengah 11, karena jam cek out di Bayview Gardens Hotel ini pukul 11.00.

Saat yang paling ga dinanti pun akhirnya tiba. Flight saya ke Bali dijadwalkan jam 15.45 sore. Saya menyempatkan dulu untuk keliling Labuan Bajo sekalian mencari makan siang. Sebelumnya menitipkan tas backpack di resepsionis hotel dan nanti akan langsung dibawakan supir hotel yang akan mengantar kami ke bandara. Siang itu kami keliling keliling dengan sangat ga bersemangat. Apalagi waktu saat melihat area Kampung Ujung di siang hari, ahh saya merindukan menu makan malam saya selama 3 hari di Labuan Bajo. Rencananya, kami ingin makan siang di Mama Resto, restoran yang direkomendasikan oleh tante di Ruteng, katanya makanannya enak dan murah. Menunya pun menu Indonesia bukan yang kebule bulean. Tapi sayangnya saat kami tiba di disana, Mama Resto ternyata tutup dalam rangka tahun baru. Siang itu Jl. Soekarno Hatta terlihat sepi sekali, kayanya semua orang sedang tidur sisa pesta semalam. Bahkan Tree Top Restaurant pun tutup. Suasana yang sepi semakin membuat saya sedih. Rasanya berat untuk pulang ke Bali, saya masih ingin di NTT. Akhirnya kami menemukan restoran yang buka, namanya Matahari Restoran. Setelah melihat menunya, dan dirasa cocok, kami segera masuk.

Restoran ini menghadap langsung ke pelabuhan, sehingga saya bisa dengan jelas melihat kapal yang berlalu lalang, anginnya pun sepoi sepoi membuat saya makin mengantuk. Untuk rasanya, overall enak. Porsinya gede banget, ikan goreng saya aja gede banget, bisa untuk berdua.. Rasanya untuk makan siang, Matahari Restaurant ini recommended banget. Sambil makan bisa liat suasana pelabuhan. Yup, ini makan siang terakhir saya dalam trip ini. Mobil jemputan ke bandara pun sudah menjemput kami di depan restoran.

Bandara Labuan Bajo letaknya ga terlalu jauh dari kota, bisa ditempuh 5-10 menit dengan kendaraan bermotor, sebenarnya kalo mau jalan kaki pun bisa kalo niat. Sesampainya kami di bandara, kami langsung masuk ke dalam bandaranya. Bandara Labuan Bajo rupanya baru diperbarui, sudah beda dengan bandara yang lama. Bangunannya modern banget, ala ala bandara internasional. Bandara Labuan Bajo ini sepi banget, sepi se sepinya. Lebih rame di Ende dan Kupang. Bahkan saat kami masuk ke bandara saja tidak ada petugas keamanan. Saat pemeriksaan dengan mesin x-ray pun petugasnya hanya 1 orang, itupun sedang duduk ongkang ongkang kaki. Petugas itu sempat menanyakan botol moke yang kami bawa dari Aimere. Tapi ya (maaf) kami bisa membodohi petugas itu dengan mudah semudah mudahnya. Keamanan bandara ini rupanya perlu diperbaiki lagi. Harga airport tax nya pun sangat murah, hanya 11.000 saja, sebelumnya petugas airport tax meminta maaf atas kenaikan airport tax ini. Ternyata harga sebelumnya hanya 10.000 saja. Murah banget. Saat di boarding lounge pun sepi, ga ada suara pemberitahuan penerbangan yang rame seperti di Kupang apalagi seperti di bandara Ngurah Rai, jauh berbeda. Di sini sunyi senyap, tampak memang penerbangan tidak ramai. Kesan yang timbul di bandara ini adalah santai. Bahkan petugas bandara ada yang membawa anaknya yang balita. Menggendong anak sambil melayani penumpang. Pemdangan yang ga bakal bisa ditemukan di bandara kota besar yang sibuk.

Nasi lalapan ayam aja lebih mahal dari ini
Penerbangan kami delay lebih dari 1 jam. itupun tanpa pemberitahuan. Membuat saya bertanya tanya, dan akhirnya daripada penasaran saya langsung bertanya ke petugas Lion Air yang bertugas. Parahnya, petugas pun juga ga tau apa apa. Baiklah, saya kembali ke boarding lounge dan makan cemilan. Saya  diajak ngobrol dengan pasangan dari Jakarta yang sedang liburan, mereka hanya 4 hari disini mencoba live on board. Begitu saya ceritakan kisah overland trip saya, mereka terlihat sangat iri hahahaha. Setelah dari Labuan Bajo ini, mereka akan ke Bali untuk melanjutkan liburan lagi. Mereka bahkan terlihat lebih iri lagi saat tau saya tinggal di Bali. Padahal mah biasa aja. Bali memang terlihat menarik bagi pendatang. Komentar umum yang sering saya terima adalah "Sering liburan dong !" atau "Banyak liburnya yah" atau "Main terus dong ya". Saya cuma bisa tersenyum aja, padahal kehidupan saya sama aja kaya orang orang lain di Jawa yang harus kerja dari jam 9.00 -17.00, kemudian libur hanya di hari Minggu. Sama aja.

Setelah sharing dengan pasangan itu, tiba waktunya saya untuk naik pesawat. Ini tandanya saya memang harus menyudahi trip ini, suka ga suka, mau ga mau saya harus pulang dan mengumpulkan semangat lagi untuk mulai kerja lagi. Jadi inget kata dosen saya "Jangan cuma semangat merencanakan liburan aja, harus semangat kerja. Karena dari kerja itulah kamu bisa dapet uang buat liburan" Okay !

Maksud hati ingin berfoto dengan tulisan "Bandara Komodo Labuan Bajo" tapi ternyata saya ga menemukan foto ikonik itu. Itu kan foto wajib saat di Labuan Bajo. Karena bandaranya baru, tulisan itupun ikut hilang, belum digantikan dengan yang baru. Yasudahlah.

Pesawatnya yang kiri ya, bukan yang kanan.
Bandara baru Labuan Bajo
Bye Labuan Bajo
Resmi sudah saya meninggalkan tanah NTT, tanah Flobamora.
Sayangnya saat itu mendung tebal, sehingga saya ga bisa melihat gugusan kepulauan di sekitar Labuan Bajo yang indah itu. Akhirnya saya selesai juga melaksanakan Trip Flores - Timor ini dengan lancar tanpa kurang suatu apapun, alhamdulillah saya sampai di kosan dengan sehat. Terima kasih ya Allah sudah mengijinkan saya melihat indahnya ciptaanMu, terima kasih atas lindunganMu selama 13 hari ini. Semoga saya masih diberi kesempatan untuk jalan jalan lagi melihat keindahan Indonesia yang lebaaaaay. Bye bloggie !

Tambahan info :
- Bayview Gardens Hotel : 081239993498 (Hubert)
- Kehidupan malam di Labuan Bajo ga segegap gempita di kota besar, jam 10 rata rata sudah pada tutup semua

29/01/2015

Jelajah Tanah Flores & Timor Day 12 (New Year Eve at Labuan Bajo)

Rabu, 31 Desember 2014

Pagi itu setelah menunaikan solat subuh, saya ga tidur lagi karena saya ingin lihat view dari kamar yang indah banget. Sebenernya saya ga tidur lagi karena saya mau mencuci baju hahaha. Jangan heran kalo ada beberapa foto yang baju saya sama terus, itu sebenernya karena saya emang bawa baju cuma beberapa aja. Jadi ya cuci kering pakai melulu :D

View dari kasur, indah kan
Udah agak terang
Kemudian saya menjemur pakaian yang saya cuci di railing balkon supaya kena panas. Kemudian saya turun ke bawah untuk sarapan dan berenang lagi. Sarapan di Golo Hilltop jangan ditanya porsinya, banyak banget. Roti satu keranjang plus pelengkapnya, scrambled egg / pancake, dan buah potong, dilengkapi dengan kopi Flores atau teh hangat. Masih kurang ? Tenang ada cereal plus susunya disediakan. Silakan ambil sepuasnya. Sukses saya dibuat kekenyangan saat sarapan di Golo Hilltop. Saat sarapan, saya melihat rombongan anak anak muda yang lagi bersiap siap untuk ikutan live on board pas malam tahun baru nanti. Saya bingung mau ngapain tahun baru nanti di Labuan Bajo, sebuah kota pelabuhan yang kecil. Setelah berendam rendam dan berenang kecil sambil ngobrol dengan om bule pemalas itu saya naik ke kamar untuk beres beres dan sekedar tiduran nunggu jam cek out. Waktu sampai di teras kamar saya, saya kaget karena baju baju yang jemur di railing balkon mendadak hilang semua. Saya panik liat ke kolong cottage barangkali baju baju saya tertiup angin. Kemudian saat mau masuk kamar, saya sadar sesuatu..........saya salah kamar bloggie. Hiks bego banget hahaha. Saya pun turun tangga lagi dengan kesal, dan kemudian saya terpeleset dan.......jatuh menggelundung. Sukses bikin tulang kering kaki saya lebam dan luka kaki saya yang tergores coral menjadi terbuka lagi. Belum lagi tangan saya tergores batu tangga karena saya berusaha menahan badan saya supaya ga meluncur jauh ke bawah. Sedih banget kan. Mana sepi ga ada yang nolongin pula. Tapi gapapa deh daripada ada yang liat kan tambah malu.

Siang itu saya cek out jam 12 untuk pindah ke Bayview Gardens Hotel, karena untuk tanggal 31 di Golo Hilltop udah full booked. Tapi gapapa, kan sekalian nyobain satu satu hotel bagus di Labuan Bajo. Jam cek in di Bayview Gardens jam 1 siang, tapi waktu itu saya hanya ngedrop barang aja di resepsionis dan jalan keliling keliling Labuan Bajo. Ga banyak yang bisa dilakukan di sekitar kota kecil ini, saya pun mulai bosan mengitari kota Labuan Bajo. Dan berencana mengajak Syukron ke air terjun Cunca Wulang atau Cunca Rami, tapi sayangnya Syukron ga merekomendasikan ke air terjun tersebut dalam cuaca yang seperti ini. Ok deh, karena ga ada yang banyak dilakukan lagi, lagian sudah tiba waktu saya cek in, saya pun kembali ke hotel.

Begitu sampai di hotel kami disambut Om Hubert selaku pengelolanya, om Hubert ini orang asik banget sumpah, kocak abis deh pokoknya. Banyak ngomong dan bahasa Inggrisnya bagus banget, sebelumnya om Hubert memperingati saya untuk kuat nanjak menuju kamar. Saya ga kaget lagi sih, karena saya udah terbiasa dengan tangga dan jalan menanjak sejak di Labuan Bajo. Satu tips saat naik tangga yang seakan ga ada habisnya : jangan liat ke atas. Sesampainya di kamar, saya takjub sama kamarnya yang bagus banget. Sederhana tapi lucu, bahkan di kamar pun berundak, ada beberapa anak tangga menuju kasurnya. Dan viewnya, superb banget. Ga salah saya milih Bayview Gardens Hotel. Pantes om Hubert pernah bilang, competitor Golo Hilltop itu adalah Bayview Gardens. Top deh, bagus banget emang.

Kamar di Bayview Gardens Hotel

Sudut untuk minum kopi/teh sambil melihat pemandangan

View dari kamar
View dari kamar
Setelah masuk ke kamar yang dingin dan kasurnya seakan akan manggil saya untuk naik, saya pun tertidur dengan pules banget. Ketika udara di luar panasnya bukan main, kamar yang dingin adalah pilihan yang tepat. Saya terbangun sekitar jam 4, kemudian keluar melihat pemandangan pelabuhan di sore hari. Dan berniat untuk membeli kaos ala ala Labuan Bajo gitu buat kenang kenangan. Pilihan saya tertuju sama Exotic Komodo, di depan bandara Komodo, Labuan Bajo. Di Exotic Komodo ini menawarkan penginapan, restoran dan art shop. Di sana saya membeli kaos seharga 88 ribu, bahannya bagus, dan menurut saya ini murah. Setelah puas membeli barang kenang kenangan, saya kembali ke hotel. Dalam perjalanan ke hotel, suasana tahun baru mulai terasa. Banyak anak anak kecil yang sudah tak sabar untuk meniup terompet mereka, panggung hiburan di pelabuhan pun telah disiapkan, muda mudi Labuan Bajo mulai banyak yang keluar sambil berjalan kaki memenuhi Jl. Soekarno Hatta. Saya semakin membayangkan seperti apa nanti perayaan tahun baru ala Labuan Bajo.

Menuju senja di Labuan Bajo
Labuan Bajo di malam hari
Setelah magrib saya keluar. Sebenernya disini saat ini banyak teman teman saya yang udah berdatangan ke Labuan Bajo, tapi mungkin karena ada kesibukan masing masing jadinya kami ga bisa merayakan bersama. Ada yang ingin ke beach club untuk ajeb ajeb, ada yang ingin tahun baruan sama warga setempat. Syukron mengajak saya merayakan tahun baru bersama di kampungnya untuk merasakan tahun baru ala warga lokal dengan nasi kuning. Tapi karena kampungnya Syukron lumayan jauh, saya pun mengurungkan niat saya untuk bergabung dengan Syukron. Thanks anyway Syukron.

Seperti malam malam sebelumnya, saya selalu menyempatkan makan malam di Kampung Ujung. Kali ini menunya rada hedon, soalnya kan hari ini mau seneng seneng. Pesen kerapu bakar, cumi goreng, dan cumi bakar. Beuh sedap. Saya sudah terbiasa untuk makan share meja bersama pengunjung lain. Bahkan mereka sopan sopan, saat pesanan mereka sampai duluan dan akan mulai makan, mereka semua pamit makan dulu kepada kami, padahal kenal saja ngga. Mungkin ini salah satu keramahan yang ga akan saya temukan di tempat lain.

Selesai makan, saya berkeliling sambil melihat lihat cafe mana yang bisa saya samperin untuk ngabisin waktu. Akhirnya saya masuk ke Osteria del Mare sambil melihat kembang api dari arah pelabuhan bergabung dengan para bule. Sekali lagi, jarang sekali saya melihat turis domestik disini. Jam 10 malam para bule bule mulai pulang, saya pun merasa mulai boring. Saya ikutan pulang jam setengah 11. Begitu saya tanya sama pelayannya, ternyata cafe ini tutup jam setengah 10 seharusnya, tapi karena masih banyak pengunjung, maka mereka tetap buka. Orang orang di Labuan Bajo ini lebih memilih untuk tahun baruan di rumah masing masing daripada di cafe dengan hingar bingar musik dan kembang api. Hal ini terbukti dengan banyaknya penduduk Labuan Bajo yang menggelar pesta kecil kecilan di depan rumahnya, membakar jagung dan memasang lagu dangdut dengan speaker yang diletakkan di luar rumah.

Saya pun pulang, tapi sebelumnya mampir ke minimarket di sana untuk membeli cemilan. Ternyata di dalam minimarket itu rame banget, banyak orang memborong berkrat krat bir, dan bahkan ada beberapa orang yang mabuk, baru kali ini saya liat orang mabuk di depan mata saya. Suasana makin ga kondusif, selesai membeli makanan dan beberapa minuman saya kembali ke hotel. Begitu samapi di hotel, saya dipanggil om Hubert dari atas, rupanya om Hubert lagi minum sambil merayakan tahun baru di hotel. Akhirnya kami pun juga sama merayakan tahun baru dari hotel saja daripada keluar. Saya inget, om Fabi pun pernah berpesan kepada saya untuk tahun baruan di hotel saja daripada keluar, banyak orang mabuk. Om Hubert pun begitu, lebih memilih tahun baruan di hotel saja sambil menjaga hotelnya haha. Kami memakan cemilan sambil menunggu pergantian tahun. Sambil samar samar terdengar musik dangdut dari arah pelabuhan. Hingga akhirnya tiba pergantian tahun, kembang apinya meriah banget. Bahkan kapal kapal pun ikut meluncurkan suarnya meramaikan suasana. Langit Labuan Bajo malam itu dipenuhi dengan kembang api warna warni.

Kembang api dari hotel
Malam itu saya sedikit sedih, karena ini malam terakhir dalam trip saya kali ini. Besok malam saya sudah tidur lagi di kosan di Bali. Saya ga bersemangat banget malam itu. Saya pengen extend sehari lagi atau 2 hari lagi deh berhubung masuk kerja mulainya tanggal 5 Januari 2015. Tapi saya inget sebuah tips, kalo ga mau kerasa males masuk kantor, usahakan pulang liburan 2 hari sebelumnya. Makanya saya menjadwalkan tanggal 2 Januari sebagai tanggal kepulangan saya. Hiks sedih banget. Tapi mau gimana lagi..... Good night Labuan Bajo.

Jelajah Tanah Flores & Timor Day 11 (Eksplore Labuan Bajo - Gua Batu Cermin)

Selasa, 30 Desember 2014

Hari ini adalah jadwal saya untuk cabut dari Hotel Blessing ke Golo Hilltop Hotel yang cukup terkenal di Labuan Bajo itu. Bolehlah ngerasain hotel berkelas dalam trip ini, setelah beberapa hari ini menekan pengeluaran abis abisan. Hehe, padahal mah ini efek abis gajian aja makanya langsung hedonisme, langsung nyedot uang yang mengucur lumayan deras di rekening saya. Setelah menguras sarapan yang disediakan hotel saya langsung naik lagi ke kamar untuk packing ulang barang barang yang udah berantakan, kemudian saya mencari sewa motor. Jangan harap ada sewa motor murah kaya di Bali yah, disini sewa motor mahal banget, udah gitu stamina motornya kurang bagus pula. Bahkan waktu itu saya pernah ditawari sewa motor seharga 150.000 sehari, mana pake acara ngomong begini pula tukang sewanya, "Orang kaya kok mau cari sewa murah, cari aja ke semua tempat ga ada yang murah. Nanti kalo ga dapet balik sini lagi ya" Saya kesel setengah mati sama si om galak tadi, tapi saya aminin aja deh di bagian "Horang kayaaaah.."

Dan buktinya, saya berhasil dapet motor sewaan seharga 75 ribu sehari, setengah harga dari yang ditawarkan om om galak tadi. Ahh emang rejeki anak soleh ga lari kemana.. Jam 12 siangsaya cek out dan langsung cabut menuju Golo Hilltop untuk ngerasain jadi "orang kaya" yang tadi dibilang om penyewa motor hahaha. Dalam perjalanan menuju Golo Hilltop, mendung menggelayut dan gerimis ringan mulai turun. Motor pun ga bisa dipacu lebih kencang lagi, karena emang motornya yang ga enak . Ditambah membawa beban  anak manusia plus bawaannya tas segede dinosaurus bikin motor makin ngik ngik. Gapapa lah yang penting motornya murah haha. Golo Hilltop terletak di atas daerah perbukitan, sehingga kita bisa melihat suasana laut Labuan Bajo dari kamar. Fyi, Labuan Bajo ini kota yang kecil banget, 2 hari saya disana, saya bisa langsung hafal jalannya dan ga perlu tanya sana sini untuk nyari tempat tujuan.

Sesampainya di Golo Hilltop, saya disambut hujan yang cukup deras. Alhamdulillah, hujan selalu turun saat saya tiba di tempat tujuan. Selain disambut hujan, saya juga disambut oleh owner hotel yang seorang wanita bule berambut pendek yang ramah banget (saya lupa namanya). Saya konfirmasi reservasi saya kemaren dengan bahasa inggris, eh ternyata si owner balesnya pake bahasa indonesia. Hahahaha, rasanya aneh banget, ternyata dia bisa bahasa indonesia, terlanjur saya sok sokan british #ditimpuk. Tapi waktu itu kamar saya lagi dibersihkan karena baru aja ada yang cek out. Saya dipersilakan menunggu di area pool dan restaurant. Ahh berasa orang berduit juga nih saya hahaha. Sekali lagi, saya bukan backpacking yah, saya ini tipe flashpacking. Yaitu pejalan yang menengah, ga terlalu hemat dan ga terlalu hedon. Sambil menunggu kamar dibersihkan, saya ditelpon Syukron. Syukron akan mengajak saya jalan jalan ke Gua Batu Cermin siang ini, tapi tunggu hujannya reda dulu. Ga lama pelayan hotel ngasih tau saya kalo kamarnya sudah siap, saya langsung naik ke kamar paling atas. Fyi, Golo Hilltop ini tipenya seperti cottage. Dan saya pesan cottage yang paling atas, supaya pemandangannya lepas. Ada harga yang harus dibayar, karena Labuan Bajo ini konturnya berbukit, saya harus rela naik naik tangga sambil menggendong tas segede dinosaurus ini sampe ke atas. Di Labuan Bajo itu, tangga adalah hal wajib yang kalian temui disini. Saya pun ngerasa ga bersalah kalo makan banyak, karena kalori saya pasti terbuang saat saya naik turun tangga selama di Labuan Bajo. Hahaha.

Dari teras kamar
Buat yang nyari view ke arah pelabuhan, jangan menginap di Golo Hilltop yah, karena hotel ini viewnya sedikit ke arah pantai Waecicu, sedangkan pelabuhannya lumayan jauh bahkan ga terlihat dari sini. Tapi buat yang mau nyari kedamaian dan ketenangan, disini tempat yang paling pas. Setelah menaruh barang barang di kamar, saya langsung tancap gas menuju Gua Batu Cermin bersama Syukron mengingat hujan juga sudah reda, Alhamdulillah selalu dimudahkan.

Sebelum masuk Gua Batu Cermin kami membayar tiket dulu sebanyak 15 ribu/ orang. Syukron kaget kenapa semahal itu, kemudian Syukron bilang kalo dia orang asli Labuan Bajo, akhirnya kami dapat diskon 5 ribu/ orang. Syukron menyayangkan kenapa mereka main tembak harga seperti itu, mana ga pake karcis resmi pula. Padahal kalo masuk biasanya cuma bayar 2.500 saja. Dasar penjaga loket, tau aja kami pendatang. Untung ada Syukron.

Welcome To Batu Cermin
Jalan menuju gua melalu jalan berpaving yang di kiri kanannya hutan bambu. Satu hal, bloggie jangan lupa bawa lotion anti nyamuk kemanapun kalian pergi. Di sini nyamuknya ganas ganas, tipe nyamuk kebon yang gede gede. Kata Syukron, karena tadi hujan deras, gua jadi sepi. Padahal tadi pagi saat belom turun hujan disini rame banget. Mungkin Syukron bisa menangkap air muka saya yang heran kenapa tempat ini sepi banget. Syukron menambahkan, "Di sini biasa dipake pacaran anak anak SMA, tuh di sebelah sana ada SMA. Ini kalo jam jam pulang sekolah rame banget. Banyak orang pacaran. Udah ga kaget lagi" Yaelah... tempatnya horror begini mana banyak nyamuk sempet sempetnya memadu kasih. Tepok jidat aja deh saya denger penjelasan Syukron.

Menuju gua sama Syukron sang guide abal abal :p
Dari kejauhan mulai tampak bentuk Gua Batu Cermin yang menjulang tinggi, "Nanti kita masuk ke dalamnya" kata Syukron sambil menunjuk gundukan batu yang menjulang itu. Gua Batu Cermin ini dulunya ada di dasar laut. Terbukti dengan banyaknya coral coral yang tersebar di dalam gua. Coral yang sama kaya saya temukan di Pulau Rinca, ini sebagai bukti bahwa tadinya Labuan Bajo dan kepulauan di sekitarnya ada di bawah laut berjuta juta tahun yang lalu. Wallahualam bishawab. Tapi saya cukup terkesan dengan tekstur batuannya yang persis seperti coral. Akhirnya kami sampai di mulut gua yang ditutupi akar akar pohon yang tumbuh di atasnya, sepintas mengingatkan saya sama Angkor Wat. Semoga suatu hari nanti saya bisa kesana, Aamiin.

Ayo tebak mulut guanya dimana ? :D
Setelah mempersiapkan senter, kami segera masuk ke dalam gua melalui tangga yang naik turun. Ada beberapa titik yang cukup curam sehingga kita harus ekstra hati hati. Apalagi suasananya cukup gelap. Gua ini ga direkomendasikan untuk orang yang phobia kegelapan dan tempat sepi ya. Soalnya emang di dalem gua ini gelap dan licin jadi kita harus hati hati menginjakkan kaki kalo ga mau terpeleset. Gua ini lumayan luas bloggie. Dinamakan Batu Cermin, karena kalo terkena sinar matahari, batu ini akan berkilauan. Tapi sayang saat kami kesana, sinar matahari ga ada jadinya ga ada kilau kilau dari batunya. Dan kalo ga jijik silakan jilat batu batu disini, katanya sih asin bekas rendeman air laut jaman dulu. Waktu terbaik ke Gua Batu Cermin adalah siang hari yang panas. Kemudian kami masuk ke area yang gelap banget. Di depannya disediakan helm gua. Bagi pengunjung yang mau masuk ke dalam lorong gelap itu harus menggunakan helm dan membawa senter. Saya parno banget, asli. Berhubung kami cuma bertiga saya ga berani untuk masuk. Apalagi jalan masuknya sempit banget dan gelap total. Saya coba tanya Syukron apa di dalamnya, tapi Syukron bilang ga ada apa apa juga. Dia juga enggan masuk karena takut sesak nafas.Baiklah, kalo guide nya aja ogah, saya pun ikutan ga berani heheeeuu~


Bentuknya seperti coral di laut, ada yang mau jilat ? Buat membuktikan rasa asinnya
Saya pernah liat liputan Gua Batu Cermin, disana katanya ada fossil penyu dan bintang laut menempel di dinding gua. Tapi saat saya kesana saya ga menemukan fossil hewan laut sedikit pun. Jangan jangan inti dari gua Batu Cermin ini harus melalui lorong gelap tadi ? Saya mulai bingung karena ga ada satupun orang yang bisa ditanyakan. Saya kurang puas di gua ini, karena apa yang saya ingin liat ga ada. Hiks. Sedikit koreksi untuk pariwisata Labuan Bajo, harus ada papan informasi supaya pengunjung culun macam kami ga kebingungan di dalam gua. Huft. Maklumlah, Labuan Bajo memang baru saja menggeliat di bidang pariwisata. Masih banyak hal yang harus dibenahi. Salah satunya masalah vandalisme. Tolong ya buat anak anak SMA yang suka pacaran di gua Batu Cermin tangannya jangan gatel coret dinding gua. Ga usah sok sweet nulis nama kalian dan pasangan di dinding gua. Cintanya ga bakal abadi kok. Geram banget saya melihat beberapa spot di gua ini yang dipenuhi coretan anak labil. Dan benar saat saya googling, memang untuk melihat fossil penyu itu harus masuk ke lorong gelap itu. Ahh sebel kenapa saya waktu itu ga masuk, Syukron juga sih pake bilang disana ga ada apa apa. Huuuffftttt.....

Setelah mengantongi beberapa kekecewaan di Gua Batu Cermin, kami segera pulang untuk mencari makan siang di Pantai Pede. Tapi sebelumnya kami mau isi bensin dulu, karena bensin di motor kami berdua menipis. Disinilah petualangan mencari bensin dimulai. Fyi, pom bensin di Labuan Bajo bisa dihitung dengan jari satu tangan aja. Denger denger cuma ada 2 unit saja, itupun jam 12.00 - 13.00 sudah tutup. Mau ga mau kami mencari bensin eceran yang dijual. Dan itupun jaraaang banget yang jual bensin eceran. Padahal kalo di Bali mah tiap jengkal pasti ada penjual bensin eceran. Dalam perjalanan saya dari kos ke kantor aja ada lebih 10 penjual bensin eceran. Sedihnya NTT, kenapa sih pembangunan ga merata. Kami berkeliling hampir sejam mencari penjual bensin eceran dengan perasaan campur aduk takut motornya mogok. Akhirnya, kami menemukan penjual bensin eceran yang dijual seharga 25 ribu/ 1 liter. Okay, gapapa. Daripada maksa nyari bensin seharga 10 ribu per liter, ga akan dapet di seluruh penghujung NTT ini. Bersyukurlah.

Kami makan siang di area Pantai Pede sambil menonton TV liputan jatuhnya pesawat Air Asia. Selama saya trip hampir 2 minggu ini saya jadi fakir tv dan internet. Kalo ke NTT, ganti provider Telkomsel ya. Bukannya promosi, tapi ini provider yang paling kenceng. Tips untuk makan di Labuan Bajo, pesanlah ikan sebagai lauknya. Karena disini ikan murah meriah, tapi kalo ayam harus merogoh kocek lebih dalam lagi ya. Bisa dihargai 22 ribu. Beuh. Setelah kenyang, kami melanjutkan menuju Pantai Pede. Bayangan saya pantai ini seperti Pantai Kuta di Bali, tapi ternyata....... kotor dan terbengkalai. Yang bersih dan terawat hanya pantai Pede yang jadi private beachnya hotel hotel berbintang di sepanjang pesisir pantai Pede ini. Seperti hotel La Prima, Bintang Flores, The Jayakarta, Luwansa Beach. Saya ga mampu bayar kamar disana, jadinya saya menikmati pantai Pede di bagian yang kotor dan terbengkalai saja.

Ternyata kata Syukron, pantai ini dalam sengketa. Perebutan hak milik. Dan sampai sekarang belum ditentukan kepemilikannya. Sehingga pantai ini jadi ga terawat karena ga jelas pemiliknya. Padahal dulu sejak masih di bawah pemerintah, pantai ini bersih dan indah. Ya sudahlah, sekali lagi harap maklum. Labuan Bajo baru menggeliat tahun 2008 lalu, sehingga masih banyak potensi wisata yang harus dibenahi selain Taman Nasional Komodo. Memang dulu Labuan Bajo terkenalnya hanya sebagai pintu gerbang menuju TNK, sehingga ada anggapan kalo ga ada TNK mungkin Labuan Bajo hanyalah kota pelabuhan kecil biasa. Ketika hari mulai sore kami pun pulang untuk beristirahat. Saya ga sabar ingin ke hotel untuk meceburkan diri di kolam renangnya yang menggoda untuk diceburi. Dalam perjalanan pulang, kami melewati Jl. Puncak Waringin, disinilah spot yang lumayan bagus untuk melihat kota Labuan Bajo dari atas dengan latar belakang pelabuhan. Disini juga banyak hotel hotel berdiri, salah satunya yang paling bagus adalah Bayview Gardens Hotel.

Sesampainya di hotel saya langsung menuju kolam renang dan menceburkan diri disana. Seketika otot otot saya yang tegang langsung kendor, relax banget. Apalagi ga terlalu rame pengunjung, hanya ada 1 om bule yang lagi nyantai tiduran. Akhirnya kami berkenalan dan saling ngobrol. Dia dari Jerman dan sudah 3 minggu di Flores, karena disana lagi musim dingin, dia mau nyari kehangatan (baca : matahari). Si om ini dateng sendirian. begitu saya tanya selama 3 minggu udah kemana aja di Flores. Dia jawab dia cuma di Labuan Bajo aja dooooong !! Dia bahkan ga tau Kawah Kelimutu. Dia bilang dia terlalu malas untuk jalan jalan,karena di luar panas banget. Oh my God om, kalo saya 3 minggu bisa keliling Indonesia, saya jabanin deh. Setau saya bule bule suka banget jelajah Indonesia, baru kali ini nih nemu bule males hahahaha, dah gitu botak lagi. Saya pun menikmati air kolam sambil minum jus nanas sambil menanti senja. Indah.

Nikmat mana yang kau dustakan ?
Malamnya lagi lagi saya makan di Kampung Ujung Labuan Bajo, rasanya seafood disini ga ada tandingannya deh. Idola saya adalah cumi cuminya. Nendang abis, 50.000 udah dapet 1 renteng cumi cumi buanyak banget plus nasi plus minum plus sayuran. Ini murahnya kebangetan. Udah gitu porsinya banyak banget pula, bisa buat bertiga. Saya ga pernah keluar Kampung Ujung tanpa perut kekenyangan hahaha. Selalu ada kata kata "Hufft.. kenyang, ga bisa gerak" setiap beranjak dari kursi.

Kampung Ujung (Source)
Ada 1 warung langganan saya selama 3 kali kesana, saking terbiusnya dengan kenikmatan hidangan mereka, saya ga mau berpaling ke warung lain. Saya bakal sebutin posisi warungnya, perhatikan dengan seksama ya. Sorry saya ga punya fotonya, karena begitu nyampe Kampung Ujung saya lupa mau foto, udah kelewat happy banget langsung kalap pengen makan hahahaha. Jadi posisi warung ini saya patok dari Cafe Brewers di ujung jalan ya. Dari Cafe Brewers jalan terus sampe nemu tulisan 'Wisata Kuliner Kampung Ujung" seperti foto di atas (tulisan pertama ya, karena ada banyak tulisan itu di sepanjang Kampung Ujung), nah warung favorit saya ada di sebelahnya, tinggal maju dikit dari tulisan itu. Taraaaaaaa sampe deh. Ciri cirinya, mba penjaga ikannya masih muda dan rambutnya panjang agak tomboy, dia orang Jawa tulen.

Selesai makan seafood di Kampung Ujung saya berjalan kaki keliling jalan Soekarno Hatta. Ini ibaratnya jantung kota Labuan Bajo, karena pusat keramaian ada di jalan ini aja. Untuk menemani jalan jalan, saya membeli es krim Campina Hula Hula Kacang Ijo favorit saya, dan harganya 10.000, byuhhh mahal banget, padahal di Indoapril sebelah kantor aja 4.000. Inget inget ini lagi di NTT, propinsi yang katanya tertinggal di Indonesia, salah satu propinsi termiskin, tapi indahnyaaaa ngalahin Jawa yang maju banget pembangunannya. Kalo boleh berpendapat, sih saya tetep milih NTT yang kaya gini aja, ibarat orang NTT ini adalah orang yang humble. NTT I love you :*

Tambahan info :
- Labuan Bajo ini kota yang berbukit, siapin dengkul dan betis karena kita akan selalu bertemu dengan tangga dan jalan mendaki
- Saat di Gua Batu Cermin, masuk aja ke lorong gelap itu. Jangan kaya saya yang cemen dan akhirnya menyesal hiks
- Golo Hilltop : 081339255535 (Inggrid). Rate 475.000 semalem Deluxe Room
- Makan di Kampung Ujung kalo mau makan seafood enak dan murmer. Ga usah gaya ke cafe cafe bule, mahal dan porsinya ga sebanyak di Kampung Ujung
- Saya sewa motor di Pippos, ini terkenal banget di Labuan Bajo. Semua plat motornya ada nama "Pippos"
- Pom bensin di Labuan Bajo langka, brace yourself !

28/01/2015

Jelajah Tanah Flores & Timor Day 10 (One Day Tour Pulau Rinca)

Senin 29 Desember 2014

Hari itu saya terbangun penuh semangat karena hari ini saya untuk pertama kalinya melihat satu satunya naga purba yang tertinggal di bumi, si Komodo. Hari ini saya ikut one day tour ke Pulau Rinca dan snorkeling ke Pulau Kelor. Kenapa saya ga ikut LOB (Live On Board) ? Selain waktu yang mepet, saya juga belom cukup nyali tidur di atas kapal di tengah tengah laut dengan cuaca kaya gini. Ampun deh hahaha. Tapi sebagian besar alasannya sih karena waktunya ga cukup untuk LOB plus duit saya ga cukup hahahahaahaha. *lupakan. Padahal saya pengen banget ke Gili Laba dan Pink Beach. Apa daya, duit tak sampai.

Saya bergegas segera mandi dan membawa barang barang yang sekiranya diperlukan selama disana. Bawa air minum sebanyak mungkin, pake sendal trekking, dan membawa lotion anti nyamuk. Dan ga lupa mengantongi doa dari sang ibu yang akan menyelamatkan saya selama perjalanan di laut ini. Huihihihi. Selesai bersiap siap, jam 7 pagi saya segera turun untuk sarapan, karena kami memulai melaut jam 8 pagi sesuai instruksi Om Fabi, karena jam segitu arus laut masih tenang dan kapal kami ga melawan arus sehingga solarnya bisa lebih hemat. Pagi itu saya sarapan nasi goreng dan roti tawar. Entah kenapa, sejak trip ini kalo tiba saat sarapan sebisa mungkin saya memasukkan semua makanan yang disuguhkan hahaha. Udah makan nasi goreng, roti pun masuk ke perut saya. Yang penting kenyang ! Dan ga lupa saya membungkus beberapa roti untuk bekal nanti di kapal :p

One Day Tour Pulau Rinca - Pulau Kelor

Selesai sarapan, saya berjalan menuju Pelabuhan Tilong, menyusuri jalan Soekarno Hatta yang dipenuhi dengan dive center, cafe, restoran, dan hotel hotel. Bisa dikatakan jalan ini adalah pusatnya Labuan Bajo, karena disini semua turis berkumpul. Saya berjalan selama 10 menit, sampe akhirnya kami tiba di pelabuhan disambut Om Fabi. "Gapapa kan jalan agak jauh, itung itung olahraga, nanti kan trekking di Rinca" sambut Om Fabi begitu melihat saya keringetan. Setelah itu saya mengikuti Om Fabi menuju kapalnya. Kata Om Fabi, di kapal sudah ada 4 orang. Saya berjalan melewati kapal kapal yang bersandar di dermaga sambil membayangkan seperti apa kapalnya Om Fabi. Jelek kah ? Kecil kah ? Atau bagus ? Hahahaha. Akhirnya sampailah kami di kapalnya, kapal Om Fabi cukup bagus dan besar bloggie. Bisa diisi kira kira sampai 8 orang penumpang dengan 3 orang awak kapal. Di atas meja disajikan teh, kopi, dan termos air panas. Lengkap dengan cemilan berupa cake potong dan keripik. Ini bakal jadi Senin terindah saya hihihihi.

Ga lama, mesin kapal pun mulai dinyalakan, dan perlahan lahan kapal keluar dari "parkiran" dermaga. Dan kami pun mulai berlayaaaar, yeay ! Kembangkan layarmu Pak Fabi ! *ya kali kapalnya ada layarnya hahahaha. Rasanya saat itu saya bahagia banget, setelah selama ini cuma bisa iri liat blogger blogger yang udah ke Pulau Komodo, dan saya selalu ngiler liat foto foto di internet. Akhirnya, saya sendiri bisa merasakan. Makasih Ya Allah :). Perlahan lahan kapal kami pun mulai menjauhi Labuan Bajo, kami makin ke tengah laut. Pemandangannya subhanallah. Gugusan pulau pulau kecil yang tersebar di sekitar Labuan Bajo pun mulai terlihat. Saya hanya bisa memandangi dengan kagum di atas kapal sambil berkata di dalam hati "Alhamdulillah, ini Senin paling indah"




Berawan tapi masih panas
Lucunya (atau saya yang emang norak) laut disini warnanya 3 tone, biru muda, biru ajam sama biru gelap. Keliatan banget batasnya dari kejauhan. Begitu memasuki area biru tua, saya bergidik ngeri dan sedikit merinding. Saya emang takut banget sama air dalem. Bukannya ga bisa renang, tapi ini kan laut, saya ngebayangin yang ngga ngga apa yang ada di dalemnya. Brrr... Pagi itu gelombang ga terlalu kencang, hanya di beberapa titik saja gelombangnya mampu membuat saya miring miring. Tapi tetep seru dan ga menghilangkan kesenangan saya duduk di atas dek kapal. Saat itu saya udah ga mikir lagi mau item kek, mau gosong kek. Yang penting happy !!!

Indahnya Seninkyuuuuu~~
Kapal lain yang melintas
Kemudian, saat sinar matahari mulai panas, saya masuk ke dalam kapal dan menimati pemandangan sambil nyemil keripik dan cake potongan yang disiapkan Om Fabi untuk penumpangnya. Anginnya sejuk, pemandangannya bagus, nikmat mana yang kau dustakan ? Hahahaha. Saya makan ga berhenti berhenti, sampe akhirnya saya mengantuk dan tertidur (tetep yaaaa, Ami selalu tidur dimanapun). Dan ketika saya terbangun, saya masih di laut belom sampe Pulau Rinca. Perjalanan Labuan Bajo- Pulau Rinca ditempuh dalam waktu kira kira 2-3 jam tergantung sang kapten membawakan kapalnya. Untuk Om Fabi ini, dia mengemudikan kapalnya dalam kecepatan yang wajar sehingga kami bisa menikmati pulau pulau yang kami lewati sepanjang perjalanan. Kalo mau request untuk menambah kecepatan pun bisa. Tapi saya pikir, untuk apa cepet cepet nyampe. Kan hari ini mau menghabiskan waktu di pulau pulau kecil dan di laut.

Dan benar saja, untung om Fabi ga bawa kapalnya cepat cepat, kami pun melihat gerombolan lumba lumba yang lagi berenang dan lompat lompatan sambil mengejar kapal kami. Oh my God, bagus bangeeeet dan lumba lumbanya banyak. Om Fabi bilang kalo jarang jarang bisa liat kawanan lumba lumba ini muncul ke permukaan. Ahh senangnya hari itu saya beruntung. Setelah puas melihat lumba lumba itu, kami pun hampir sampai di Pulau Rinca, dari jauh terlihat banyak kapal yang parkir di dermaga Loh Buaya. Saya semakin ga sabar untuk melihat si naga purba, komodo. Saya yang tadinya sembunyi di bawah naungan dek kapal, saking semangatnya pun naik ke atas dek kapal untuk melihat lebih jelas lagi Pulau Rinca yang jadi habitatnya si komodo. Dan ga begitu lama, kapal pun akhirnya merapat ke dermaga, saya langsung kegirangan setelah menginjakkan kaki di Loh Buaya, komodo tunggu aku !! Yuhuuuu

Dermaga Loh Buaya di Pulau Rinca
Sesampainya di dermaga, kami langsung disambut para ranger yang sedang berjaga di area Pulau Rinca ini. Fyi, mereka ga membiarkan pengunjung masuk sendiri tanpa kawalan ranger selepas di dermaga Loh Buaya, untuk mengantisipasi serangan komodo. Okay, untuk bloggie yang bingung kenapa saya ke Pulau Rinca untuk melihat komodo, bukannya ke Pulau Komodo ? Jadi, Taman Nasional Komodo itu terbagi jadi beberapa area, yaitu di Pulau Rinca, Pulau Komodo dan Gili Motong. Tapi kebanyakan orang, hanya tau Pulau Komodo saja, padahal ada 2 tempat lain yang jadi habitatnya komodo. Tapi Gili Motong ga dimasukkan ke dalam jadwal tur, karena di Gili ini belum berpenghuni manusia (katanya).

Bersama Stand Up Komodo
Agak jayus sih, tapi cukuplah menggambarkan komodo itu bahaya. Komodo bukan komedo, camkan !
Disponsori oleh Telkomsel

Saya berkenalan dengan rangernya bernama Pak Fian, beliau orang asli kampung Rinca. Pak Fian orangnya asyik banyak ngobrol sehingga perjalanan terasa ga jayus. Sebelum memulai trekking, kami membeli tiket terlebih dahulu di counter tiket yang tersedia. Dengan 12.500 rupiah maka kami sudah diperbolehkan masuk ke area trekking Pulau Rinca untuk melihat habitat asli hewan komodo. Ditambah biaya 80.000 per grup untuk biaya ranger. Ranger maksimal mengantar 5 pengunjung, diatas 5 harus dikawal lebih dari 1 ranger. Setelah membayar tiket, kami memulai perjalann dengan memilih track mulai dari short track, medium track, dan long track. Saya memilih medium track selama 2 jam perjalanan.

Loh Buaya Walking Trails
Sebelum mulai perjalanan, pak Fian mengingatkan kami untuk mempersiapkan air minum yang cukup untuk trekking ini. Karena kata pak Fian, hanya 30% dataran Pulau Rinca yang dinaungi pepohonan, sisanya padang savana yang panas tanpa naungan. Siapkan topi atau apapun yang menutupi kepala bloggie dari matahari yang rasanya jaraknya cuma sejengkal ya ! Setelah semua perlengkapan kami siapkan, kami mulai berjalan sambil pak Fian menjelaskan tentang komodo dan habitatnya. Kalo siang begini, komodo akan susah ditemukan, karena komodo kebanyakan berteduh dari panasnya siang. Dengan daratan Pulau Rinca yang didominasi padang savana, tentu akan susah menemukan komodo yang sedang berteduh di bawah pohon. Tapi beruntungnya kami, ga lama berjalan kami menemukan anak komodo yang sedang berleha leha di rerumputan ga jauh dari cafetaria. Kata pak Fian, anak komodo ini masih berusia 7 bulan. Ga heran dengan ukuran tubuhnya yang kecil, lebih menyerupai biawak. Sehingga saya ga terlalu tertarik haha. Tapi hebatnya, saya ga menyadari keberadaan anak komodo itu yang jaraknya hanya 3 meter dari saya. Karena warna kulitnya yang ngeblend banget sama warna tanah dan kayu. Kayanya, faktor penyamaran ini lah yang bikin mangsa komodo lengah kalo ada komodo di dekat mereka. Apalagi, komodo remaja masih bisa manjat pohon pula. Kemampuan berburu komodo patut diacungi jempol, karena komodo ini multi talented (halah). Larinya kenceng banget bisa 18km/jam, bisa berenang, bisa manjat pohon, ditambah kibasan ekornya yang bisa bikin luka musuhnya. Padahal sepintas komodo ini kaya makhluk yang ga punya gairah hidup, klemer klemer.

Ga lama, kami menemukan kotoran komodo, Kata pak Fian, kotoran komodo warnanya putih karena dia makan semua bagian tubuh hewan tak terkecuali tulangnya, jadinya kotoran komodo warna putih hasil dari pencernaan tulang tulang mangsanya yang ga terserap tubuh.

Kotoran komodo
Pak Fian membawa kami menuju dapur. Katanya disana banyak berkumpul komodo komodo yang mencium aroma masakan dari arah dapur. Dari jauh ketika hampir sampai di dapur yang dimaksud pak Fian, saya ga melihat adanya komodo, tapi ketika saya memicingkan mata. Disana banyak komodo bloggie !! Ada sekitar 7 komodo lagi tumpuk tumpukkan dan ukurannya gedeeeee banget, beda sama anakan yang tadi saya liat di awal trekking. Sepintas saya sedikit geli karena melihat makhluk buas itu bertumpuk tumpuk dengan kulit yang menjijikkan. Mengingatkan saya sama cicak raksasa hahaha. Tapi di satu sisi saya merasa bangga pada diri sendiri, akhirnya saya melihat makhluk purba satu ini. Subhanallah ciptaan Allah. Saya ga berhentinya berseru dalam hati "Komodoooo.....!!"



Komodo yang saya temuin ini umurnya sudah 20 tahun dengan ukuran lebih dari 2 meter. Semua foto komodo yang ada di sini adalah hasil jepretan pak Fian, selama di area dapur handphone saya dipegang oleh pak Fian. Dia lah yang menjepret komodo komodo itu dari jarak dekat. Soalnya selain saya ga berani, pak Fian juga ga membolehkan pengunjung berdekatan dengan komodo. Karena pak Fian sudah menjadi ranger selama bertahun tahun, dia tau gerak gerik komodo yang membahayakan, jadinya dia lebih berani daripada saya. Ya iyalah, namanya aja pawang.



Kemudian pak Fian menawari saya untuk berfoto dengan komodo. Katanya ga sah ke Taman Nasional Komodo tapi ga bawa 1 foto pun sama komodo hahaha. Saya setuju juga sih, tapi di satu sisi deg degan banget. Jujur ya, setelah melihat langsung komodo, rasanya sumpah tegang banget. Beda kalo liat dari internet ato fotonya aja. Percayalah.

Kata pak Fian "Ga sah ke TNK kalo ga foto sama komodo"
Foto sama komodo ini perasaannya, tegang banget sumpah demi apapun. Pak Fian jauh di depan saya untuk mengambil foto saya sama si komodo. Sedangkan saya tertinggal sendiri di belakang ekor komodo yang berjarak kurang dari beberapa meter aja. Sekali kebas ekornya, mungkin saya bisa terpelanting kali (lebay). Bukannya langsung menjemput saya yang tertinggal sendirian di belakang, pak Fian justru semakin asik memfoto komodo komodo itu dengan hp saya. Saya panik, karena tiba tiba ada satu komodo di bawah kolong yang melirik ke arah saya dengan desisannya yang serem abis. Ini pertama kalinya saya dengar suara komodo. Serem, asli. Saya panik karena komodo itu yang tadinya glesotan tiba tiba menegakkan kepalanya dan bangun sambil mendesis. Pak Fian pun langsung mengisyaratkan saya untuk diam dan jangan bergerak. Saya tegang banget dan rasanya pengen nangis dan mengutuk pak Fian yang meninggalkan saya. Pak Fian kamu tega.

Saya yang lagi kabur dari komodo
Rasanya saat itu saya mulai pasrah kalo dikejar komodo, kata pak Fian kalo dikejar komodo harus lari zigzag. Tapi ya ampun, sempet ga sih mikirin lari zigzag pas dikejar komodo ? Duh. Akhirnya pak Fian pun nyamperin saya dan berkata ga usah panik kalo dalam keadaan tadi. Ciri ciri komodo mau nyerang itu adalah kalo lidahnya menjulur, tanda dia lagi mencium sesuatu. Makanya cewe yang lagi menstruasi dilarang keras ikut trekking karena komodo bisa mencium aroma darah dari jarak jauh. Kami melanjutkan perjalanan lagi setelah drama yang cukup menegangkan di area dapur. Kata pak Fian, nanti kami ga boleh berharap banyak untuk melihat komodo di jalur trekking, karena kalo hari sudah siang begini kebanyakan komodo pada tidur siang.

Kemudian kami mulai memasuki area hutan, habitat aslinya komodo. Udah ga ada lagi jalan setapak, melainkan tanah lumpur yang bercampur dengan daun daun yang berguguran. Jadi jangan lupa pake sepatu atau sandal trekking ya, jangan pake flip flop, ini bukan di pantai. Jadi jangan bayangkan Taman Nasional Komodo ini kaya Taman Safari apalagi kaya kebun binatang. Ini hutan asli habitat para komodo. Tiba tiba, pak Fian menghentikan langkah dan menunjuk ke antara semak semak kering, "Di situ ada komodo, keliatan ga ?" Dan ternyata bener, di antara semak semak itu kalo diperhatikan bener bener ada komodo lagi nyantai. Warnanya ngeblend banget sama tanah dan semak semaknya. Kata pak Fian, sebagai ranger itu matanya harus selalu siaga. Makanya dia selalu lirik kanan kiri atas bawah, jaga jaga kalo ada komodo. Apalagi komodo itu ada yang bersembunyi di atas pohon. Ga lama kami sampe ke area sarang komodo, kalo beruntung kami bisa melihat komodo sedang mengerami telur, tapi sayangnya musim bertelur sudah lewat.

Sarang komodo
Pak Fian cerita, dulu ada turis Jerman yang mati dimakan komodo karena dia terpisah dari rombongan, dan tersesat. Makanya sepanjang perjalanan banyak ditemukan papan peringatan bertuliskan "Stay in Group". Pak Fian menambahkan, komodo adalah hewan kanibal, sehingga ga jarang mereka memakan anak sendiri yang baru menetas. Dan kalo ada komodo yang mati, jarang ditemukan kerangkanya, karena biasanya sudah disantap oleh sesamanya. Komodo yang pernah menyerang manusia biasanya dipindahkan jauh diluar area trekking di Pulau Rinca, semacam dikarantina. Dan denger denger, komodo terganas adanya di Pulau Rinca ini.

Kemudian, berakhirlah trekking kami di area hutan, kami mulai berjalan menuju padang savana yang tidak ditumbuhi pohon, sehingga panasnya juara. Rumput rumput pun banyak yang terbakar, bukan mencoklat karena kepanasan, tapi rumput disini berubah warna menjadi abu abu karena terbakar. Tapi saat kami kesana, Kep. Komodo memasuki musim penghujan, sehingga ga terlalu banyak rumput yang terbakar, hanya tersisa beberapa. Namun jika kami datang di musim kemarau, maka pemandangannya bukan hijau melainkan abu abu kecoklatan.

Kontur perbukitan di Pulau Rinca
Jalanan mulai mendaki dan lumayan melelahkan karena udara yang luar biasa panasnya. Bahkan saya berandai andai kalo bikin telur ceplok di atas jidat saya seketika bisa matang karena saking panasnya udara di Pulau Rinca. Sesekali kami sedikit berteduh di sebatang pohon sambil mendengarkan cerita pak Fian atau sekedar meneguk air mineral yang kami bawa. Seketika tenaga saya terkuras, padahal baru berjalan sebentar saja di padang savana ini. Udaranya yang panas sukses menguras habis tenaga saya. Sesekali saya melihat pak Fian, dia juga tampak sedikit kelelahan. Maklum waktu itu sekitar jam 12 siang, tepat matahari di atas kepala kami. Dan akhirnya kami sampe di bukit letak view point Pulau Rinca yang ikonik. Pemandangannya, indah banget Subhanallah.

Kontur perbukitan yang khas
Perpaduan antara laut, langit, dan bukit. Superb !
Bersama Pak Fian dan tongkat kesayangannya
Bersama tas ransel pink kesayangan
Karena sudah mulai kepanasan, kami segera bergegas untuk turun dan sekedar beristirahat di cafetaria untuk mengakhiri  trekking kami siang itu. Pak Fian banyak cerita mengenai mulai banyaknya investor yang melirik Pulau Rinca ini untuk dibangun hotel. Apalagi saya sejad tadi melihat patok patok berwarna biru tertancap di tanah. Terjawab sudah, kata pak Fian itu adalah tanah yang ingin dikembangkan untuk dibangun hotel. Jujur, saya geram dan kesal sekali. Kenapa sih ada orang yang ga tahan untuk melihat lahan kosong untuk dibangun hotel, bukan malah melestarikannya ? Pak Fian menambahkan, sebenernya ini masih dipertimbangkan mengingat banyak warga yang protes atas rencana ini. Baguslah, semoga selamanya Pulau Rinca ini masih tetep lestari sama seperti saat saya kesana.

Sesampainya di area pengunjung, saya minta diantarkan pak Fian ke toilet. Fyi, disini untuk ke toilet aja harus diantarkan ranger, karena mengantisipasi ada komodo yang menghadang. Ingat ya bloggie, ini habitat asli komodo, bukan taman safari. Kami bergabung dengan para wisatawan yang juga selesai trekking. Mirisnya, hanya kami saja yang orang Indonesia, selebihnya turis mancanegara semua. Kemana sih (yang katanya) pejalan pejalan Indonesia yang pengen mengeskplor keindahan negerinya sendiri ? Saya berkeliling melihat cenderamata yang dijual di cafetaria, rupanya harganya ga ada yang ramah dengan kantong saya. Patung komodo sepanjang 20 cm dihargai dengan harga 150 ribu. Yasudahlah, seengganya saya sudah melihat wujud asli sang Ora, begitu kaya masyarakat lokal memanggil komodo. Setelah mendinginkan badan dan menyadari betapa hitamnya saya, kami pun segera pulang menuju dermaga untuk melanjutkan perjalanan ke Pulau Kelor untuk snorkeling.

Koleksi tengkorak hasil mangsa si komodo

Sempatkan berfoto dulu sebelum pulang. A world heritage site
Dianter pak Fian sampai dermaga
Setelah sampai dermaga, kami berpamitan dengan pak Fian sambil memberi sedikit tips karena telah menemani kami trekking di Pulau Rinca. Dan kebetulan tiba tiba, pak Fian harus segera memandu 2 turis mancanegara karena mereka ga kebagian ranger. Pak Fian pun undur diri, tak lupa saya sampaikan kepada turis itu bahwa pak Fian adalah orang yang baik "He's a good man !" seru saya sambil mengacungkan jempol. Terima kasih pak Fian, semoga rejekinya lancar ya pak ! Saya pamit dulu. Saya segera menuju kapal om Fabi untuk makan siang dan melanjutkan perjalanan menuju Pulau Kelor.

Makan siang di atas kapal
Dalam perjalanan menuju Pulau Kelor gelombangnya lebih kenceng daripada saat berangkat, lumayan membuat saya terguncang guncang di atas kapal. Ditambah dengan mendung yang menggelayut, membuat saya khawatir arus saat nanti snorkeling di Pulau Kelor, semoga semuanya baik baik saja. Udara yang panas banget di Pulau Rinca mendadak berubah menjadi dingin berangin saat kami menuju Pulau Kelor

Ngambil foto aja sampe miring saking terguncangnya saya
Mendung dan bergelombang
Pulau Kelor tempat snorkeling.
Akhirnya kami sampai di Pulau Kelor, pulau tak berpenghuni yang jadi tempat favorit untuk snorkeling. Kami disambut mendung dan gerimis tipis tipis. Saya menurunkan google dan fin saya dari atas kapal. Awalnya saya sedikit ragu untuk snorkeling, mengingat anginnya kencang dan arusnya lumayan kencang. Di luar aja dingin, apa lagi di dalam air pikir saya. Tapi udah kepalang tanggung, mumpung udah sampai, saya langsung nyeburin diri sambil awalnya sedikit kedinginan menggigil. Kemudian ada suara "Badannya direndem di air aja mbak, biar ga kedinginan" Ternyata itu suara mas mas yang lagi snorkeling di dekat saya. Saya langsung berenang ke tengah sambil melihat coral dan ikan ikan yang lucu. Ketika saya hampir sampai di warna air yang rada gelap tangan saya ditarik  "Jangan ke tengah, arusnya kenceng banget" Akhirnya saya hanya snorkeling di area yang ga terlalu dalam, tapi coral dan ikan ikannya lucu lucu bloggie. Sayang, visibilitynya sedikit kurang jelas. Mungkin pengaruh arus, jadinya pasir di dasar laut naik ke permukaan. Tapi sore itu saya cukup menikmati snorkelingnya. Saya mencoba mengecek arus dengan mengambangkan diri saya tanpa berenang, badan saya otomatis terbawa keluar dari arah pantai. Bahaya emang kalo yang ga bisa berenang, jangan pernah pake life vest di saat arus kencang seperti ini karena badan kita jadi jauh lebih ringan terbawa arus. Ini menurut saya aja sih. Hehe.

Hingga akhirnya, kaki saya tertusuk sesuatu di balik pasir, saya rasa itu karang. Resiko snorkeling di tempat yang ga terlalu dalam, lain kali ga boleh nih begini. Bisa ngerusak coral, hiks. Seandainya saat itu kaki saya ga tergores coral cukup dalam dan berdarah darah, mungkin saya ga akan selesai berenang renang di Pulau Kelor ini. Karena saya udah panik melihat darah yang mengucur dari telapak kaki saya, dan dibuat berjalan pun perih, saya segera menyudahi snorkeling dan naik ke atas kapal untuk mengobati kaki saya yang luka. Tapi beruntunglah saya, saat sudah naik di atas kapal, hujan mulai turun. Huuft. Kami pun langsung segera pulang menuju Labuan Bajo. Saat itu saya menikmati teh hangat dan cake untuk menghangatkan diri. Akhirnya kami sampai di Labuan Bajo pukul 5 sore.

Labuan Bajo dari kejauhan
Suasana dermaga sore hari
Senja dari Pelabuhan Tilong, Labuan Bajo
Setelah sampai dengan selamat di pelabuhan, saya berpamitan dengan Om Fabi dan ga lupa mengucapkan terima kasih telah mengaantarkan one day tour ini dengan pelayanan yang memuaskan. Tapi jujur saya kurang puas karena belum ke Pink Beach dan ke Gili Laba yang eksotis itu. Mungkin next time saya akan jelajah perairan Kep. Komodo lebih banyak lagi. Saya pun segera pulang ke Blessing Hotel untuk mandi dan sekedar beristirahat sebentar, karena malam ini saya ingin wisata kuliner ke Kampung Ujung, tempatnya makan seafood yang murah meriah di Labuan Bajo. Fyi, selama 3 malam disini, saya selalu makan di Kampung Ujung, karena emang recommended banget. Makanannya enak dan murah. Nanti di post selanjutnya saya akan kasih info warung langgananan saya yang recommended.

Tambahan info :
- Buat yang cuma pengen liat komodo aja, tapi ga pengen snorkeling atau lainnya, mending ikut one day tour aja ke Pulau Rinca
- Pak Fabi : 081353844706
- Pakai pakaian yang nyaman saat trekking, saya ga menyarankan celana jeans ketat, karena akan membatasi gerak.
- Satu hal, jangan takut kulitnya hitam yah !