20/07/2015

Kembali Ke Masa Lalu Di Wedangan Pendopo

Satu hal yang saya rindukan dari Solo adalah teh wedangannya. Rasa teh wedangan di Solo itu beda banget, rasanya khas. Ada perpaduan rasa sepat dan pahit yang menambah rasa pada teh khas wedangan Solo. Istilah orang Solo untuk teh yang enak adalah "nasgitel" yang artinya "panas, legi (manis), dan kentel (kental). Usut punya usut, untuk mendapatkan rasa teh yang enak itu harus dengan cara mengoplos merk beberapa. Seperti contohnya, teh merk Gardoe dengan merk Nyapu, atau dengan 3 merk sekaligus sampai nanti akhirnya mendapat konsistensi rasa yang pas. 

Karena kerinduan saya akan wedangan, maka saya mengajak Ave ke Wedangan Pendopo untuk sekedar ngemil ngemil sambil ngeteh. Wedangan Pendopo ini menurut saya termasuk wedangan baru di Solo, karena wedangan ini muncul sekitar 3-4 tahun yang lalu. CMIIW. Suasana di Wedangan Pendopo ini cukup unik dengan nuansa jadoelnya, banyak barang barang antik yang menjadi unsur dekoratif, selain itu banyak dijajakan snack jadul di masa kejayaan orang tua kita, salah satunya permen mint Davos. Karena kejadulannya ini lah membuat Wedangan Pendopo banyak diminati pendatang, tak jarang saya melihat ada beberapa pengunjung bule yang lagi ngeteh di sini.

Sebelumnya maafkan kalau kualitas fotonya banyak yang rada ngeblur, ini gara gara penerangan yang kurang, sehingga saya menggunakan night scene tapi tangan saya ga bisa kaku kaya tripod jadinya rada goyang waktu pengambilan gambar hahaha.

Menu yang ditawarkan di Wedangan Pendopo ini menu khas wedangan. Antara lain sego kucing yaitu nasi dengan sepotong bandeng dengan sambal. Kemudian ada sego oseng yaitu nasi dengan tumisan kacang panjang dengan tempe. Untuk pelengkapnya, ada berbagai macam gorengan dan sate satean yang membangkitkan nafsu makan. Sebelum disajikan, sate sate dan gorengan ini dibakar dengan kecap sehingga masih hangat saat dimakan. Cara pemesanannya adalah dengan mendatangi meja yang berisi aneka macam makanan, dan kita akan ambil sendiri yang kita inginkan. Kemudian berikan kepada penjualnya untuk dibakar. Pesan nasi dan minum pun juga dilakukan disini. Nanti penjual akan mencatat makanan yang kita ambil dan nanti akan dibayar sesudahnya.


Aneka makanan ringan yang dijajakan
Saat itu kami memesan sego kucing, sate kerang, tempe mendoan, martabak kecil, dan kue apem. Minumnya saya memesan es teh, Ave memesan es jeruk. 

Sate kerang, martabak, kue apem, tempe mendoan
Sego kucing aka nasi bandeng
Es teh fenomenal
Semua rasanya tidak mengecewakan, rasanya sederhana namun terasa sangat nikmat di lidah saya. Tanpa terasa pun saya menyantap 3 tusuk sate kerang. Sate kerangnya benar benar recommended ! Es tehnya sesuai dengan ekspektasi saya, rasanya nikmat sekali. Benar benar teh khas wedangan yang rasanya juara. Kalau saya kembali lagi ke Bali, teh ini bakal jadi salah satu hal yang saya rindukan dari kota Solo. Menghirup segelas es teh khas wedangan sambil melihat suasana khas jadul rumah Jawa membuat saya betah banget. Walaupun gelap dan terkesan spooky dengan unsur dekoratif patung patung jawa, tapi saya ga merasa ketakutan di sana. Hahaha ! Kalau ke Solo jangan lupa mampir ke Wedangan Pendopo bloggie, di sini kita bisa mendapatkan suasana Jawa pada jaman dulu yang khas. Ditambah aneka makanan dan minumannya yang sederhana namun nikmat sekali.

Area kasir dengan aneka jajanan jadul

Wedangan Pendopo
Jl. Srigading 1 No.7, Surakarta, Jawa Tengah
0271 738455

17/07/2015

Warung Orange Solo (Relocation)

Sebelumnya saya pernah membahas Warung Orange pada tahun 2013 (click for more), saat itu lokasinya masih ala kadarnya di halaman rumah. Sekarang sudah pindah ke tempat yang lebih baik di Jl. Kapten Mulyadi, Pasar Kliwon, Solo. Masih tetap dekat dari rumah saya, tinggal ngesot juga sampe.

Mudik kali ini saya mencoba untuk medatangi lokasi Warung Orange yang baru ini. Lagian deket rumah dan sepertinya tempatnya asik buat chit chat dengan teman teman. Saya ke sana sekitar jam 9 malam, dan ternyata masih rame. Karena ternyata usut punya usut ini buka sampai jam 3. Cool !

Warung Orange. Tersedia area outdoor
Sepulang dari keliling sama Ave nyari tempat untuk buber geng, saya ngajakin Ave buat nyobain Warung Orange. Walaupun Ave masih tinggal di Solo, dia belom pernah nyobain makan di Warung Orange di lokasi yang baru ini padahal jaraknya lumayan deket sama rumah. Saya kadang masih suka iseng mantau Warung Orange dari twitter kuliner di Solo, rupanya Warung Orange masih hits juga. Saya mau ngebuktiin, overrated atau memang beneran enak. Jam 9 malam saya kesana dan masih rame bahkan ada beberapa meja dengan tanda “Reserved”. Kami tidak terlalu susah mencari tempat duduk, dan segera memilih makanan setelah diberikan menunya oleh waitressnya. Saya memutuskan untuk memesan Meat Lover Pizza dan Red Velvet Latte, sedangkan Ave memesan Beef Burrito dan Lychee Ice Tea. Menu yang ditawarkan di Warung Orange ini cukup beragam bloggie, dijamin bloggie rasanya pengen pesan semuanya. Dan rasanya semua menunya ga bisa dikhatamin dalam satu kali kunjungan.

Menu Makanan
Menu Minuman
Sambil menunggu makanan datang saya melihat para pengunjung yang datang ke Warung Orange tidak berhenti keluar masuk, tanda bahwa Warung Orange ini emang laris banget walaupun sudah malam. Mungkin karena bulan Ramadhan, pengunjung mulai membludak setelah sholat tarawih. Walaupun pengunjung malam ini sangat rame, makanan yang kami pesan keluarnya tidak terlalu lama. Bagus lah, don't mess with hungry woman.

Beef Burrito (25K)
Meat Lover Pizza (25K)
Untuk Beef Burrito nya beyond expectation, karena isi yang digunakan adalah nasi. Memang wajar burrito dengan isian nasi, tapi menurut saya kurang pas aja. Jadi double carbo, karbohidrat dari nasi plus karbohidrat dari kulit burrito nya. alangkah baiknya kalau diganti daging dan sayuran aja, lebih pas kenyangnya. Rasanya, well okay ga masalah. Minusnya cuma rada kebanyakan mericanya ditambah paprikanya terlalu kuat rasanya. Jadi pedesnya rada aneh. Untuk burrito seharga 25K, ini udah lumayan ok.

Saya sedikit kecewa dengan pizzanya. Crustnya tipis banget, bener bener tipis hampir kaya tortila chips, sehingga ketika digigit bunyi kriuk. Mungkin ini tipe crust yang crispy. Tapi mungkin kayanya Warung Orange harus belajar bikin crust yang pas dan enak kaya punya nya Domino. Sejauh ini cuma Domino Pizza yang crustnya enak banget di mulut saya. Enough said.

Lychee Ice Tea (15K)
Red Velvet Latte (18K)
Lychee Ice Tea, nothing special. Es teh dengan buah leci 2 biji di dasar gelas. Red Velvet Lattenya, lumayan. Tapi menurut saya sih, Latte dalam arti harafiahnya seharusnya mengandung kopi. Tapi yang saya dapatkan disini hanya rasa susu. Memang, di dalam buku menunya sudah ditulis "Milk Based", hanya sebagai saran saja lebih baik diberikan sedikit sentuhan kopi supaya sedikit otentik dan ga cuma sekedar minum susu dengan pewarna merah saja. Secangkir dihargai 18K sudah cukup murah.



Warung Orange ini kafenya kecil bloggie, kurang terlalu bisa menampung orang banyak. Tapi semuanya ok ok saja, ga masalah dengan ukuran kafenya yang kecil. Hingga akhirnya ada invasi kurang lebih 12 orang datang bersamaan tanpa reservasi, dan meminta untuk bisa satu meja. Itu hal yang jelas jelas sangat amat ga mungkin bloggie. Maka, demi bisa menampung orang orang tersebut, pihak Warung Orange pun menggeser dan menyatukan meja meja dan kursi hingga cukup menampung 12 orang. Suara meja yang bergesekan dengan lantai saja sudah membuat gaduh dan sangat mengganggu pengunjung lainnya. Ditambah, saya dan Ave yang sedang asik makan disuruh untuk menggeser meja kami supaya daya tampungnya cukup. Saya cukup kesal, karena saya sendiri paling benci kalau sedang makan disuruh pindah tempat. Itu benar benar mengganggu, ya. Tolong catat ya Warung Orange. Jika rasanya kurang mampu untuk menyatukan 12 orang dalam satu meja, jujur saja. JANGAN MEMAKSA keadaan. Dan untuk pengunjung yang mau datang dalam jumlah yang besar, kalian tau kan kapasitas Warung Orange itu kecil, maka lakukanlah reservasi terlebih dahulu. Rupanya pelayanan di Warung Orange ini belum diperbaiki sejak 2013. Masih payah.

Second Visit

Keesokan harinya, saya pergi lagi ke Warung Orange. Adek minta ditemenin makan disana berhubung jaraknya dari rumah hanya selemparan kolor aja, dan rasanya saya perlu nyobain makanan lain lagi untuk direview. Saya pergi ke sana di jam yang sama dengan kemarin. Suasananya masih sama, masih tetap rame dengan 2 meja dengan tanda "Reserved"






Berhubung saya malam itu cukup kenyang, saya pengen pesan nachos saja. Tapi ternyata nachos habis, dan saya banting setir pesan Chicken Cordon Bleu. Adek pesan Fish Tacos. Untuk appetizernya kami pesan Four Cheese Bruchetta. Minuman kami pesan Shirley Temple dan Vanilla Frappe. Saya pengen pesan Chocolate Dome sebagai dessertnya, tapi ternyata semua desssert sudah habis. Tinggal Creme Brulee saja, baiklah saya pesan Strawberry Creme Brulee. Nanti dessertnya dikeluarkan setelah selesai makan.

Four Cheese Bruchetta (18K)
Chicken Cordon Bleu (30K)
Fish Tacos (30K)
Pertama, sebagai appetizer Four Cheese bruchetta cukup enak. Roti baguette dengan 4 jenis keju di atasnya dan kemudian dilelehkan. Sebagai penggemar keju, saya suka dengan menu satu ini. Saran saya, gunakan saja piring yang kecil untuk plattingnya, ukuran piring tidak sepadan dengan ukuran makanannya. Untuk Chicken Cordon Bleu nya ok, bukan sekedar chicken nugget besar dengan isian keju di dalamnya. Tapi cukup enak, coating nya pun renyah dan tasty. Cuma 1 kekurangannya, kejunya yang digunakan jenisnya cheddar bukan mozarella dan jumlah kejunya pun sedikit sekali sehingga saya susah merasakan keju di Chicken Cordon Bleu ini. Fish Taco pesanan adek rasanya okay, enak menurut saya. Coating ikannya sama dengan yang ada di pesanan saya. Kulit tacosnya pun enak sekali. Untuk menu ini recommended !

Malam itu makanan appetizer dan main course cukup memuaskan perut dan lidah saya. Well done. Saatnya untuk meminta dessert dikeluarkan. Saat saya meminta Creme Bruleenya, si waiter bilang ternyata strawberry Creme Brulee saya habis. Bagaimana bisa ? Bukannya tadi sudah masuk orderan ? Kalau memang habis, seharusnya dari awal bilang saja kalau habis. Dan kalau tadi saat saya masih pesan, masih ada, berarti pegawainya lalai untuk menyimpan pesanan saya. Tapi kekecewaan saya sedikit terobati karena Creme Brulee nya masih ada, hanya saja toppingnya cherry. Well, okay ga masalah, walaupun saya tidak suka cherry karena trauma rasa obat batuk (lupakan haha). Saat dikeluarkan Creme Brulee pesanan saya, saya kecewa. Penampakannya justru malah seperti panacotta, dimana sugar crust yang khas dari creme brulee ? Saya semakin kecewa ketika menyendok creme brulee nya, teksturnya jauuuuuh dari creme brulee yang sudah sudah saya makan selama ini. Ini justru mirip dengan pannacota. Seriously ? Ga salah kasih nama ? Be authentic guys, please. Ini bukan Creme Brulee. Pelajari lagi ya.

Creme Brulee ? Pannacota ?
Setelah mengahabiskan Creme Brulee jadi jadian saya, saya pun segera membayar ke kasir. Setelah membayar saya ingin menukar uang pecahan 100 ribu saya dengan pecahan yang lebih kecil. Tapi apa tanggapan kasirnya ? Dia cuek bilang “Ga ada” sambil berlalu begitu saja tanpa senyum. Warung Orange hellaaaawww ! Hospitality please... ! Cukup rasanya dua kali mengunjungi Warung Orange, well 3 kali jika kunjungan pertama saya di tahun 2013 itu dihitung. Saya kecewa. Masih banyak makanan yang lebih enak di luaran sana. Rasanya tidak ada alasan yang kuat bagi saya untuk kembali lagi ke sana.

In my honest opinion, dengan pengunjung yang membludak, mungkin mereka merasa di atas angin. Be humble, guys. Di Solo kalian memang laris, tapi di luar sana masih banyak yang lebih baik lagi. Mohon diperbaiki lagi service nya. Pembeli adalah raja. Bukannya aneh jika dalam 2 hari berturut turut saya merasa dikecewakan ? Saya yang sok atau memang Warung Orange yang kurang dalam pelayanannya ? Entahlah, di blog lain juga ada yang memberikan nilai 4/10 untuk pelayanan Warung Orange (click for more).  Anyway, rasa makanan di sini boleh lah dicoba, rasanya cukup enak, worth to try. Seandainya keramahan bisa ditambah lagi, it would be nice guys :)

Warung Orange
Jl. Kapten Mulyadi No. 19 (sebelah Alfamart, di depan RS. Kustati Unit 3), Solo, Jawa Tengah
0271 9384557
Opening Hours : 08.00 - 02.00
Twitter | Facebook | Website

15/07/2015

Weekend Getaway : Jelajah Bali Timur

Bekerja sebagai kaum nine to five plus ditambah hari Sabtu masih masuk kerja, yah walaupun setengah hari (itupun kalau jam 3 sore dihitung setengah hari) membuat saya merasa jenuh. Oleh karena itu hari Minggu, saya dan teman teman memutuskan buat jalan jalan jelajah daerah Bali timur, untuk mengejar sunrise di Pantai Amed. Jam 3 pagi kami sudah cabut menuju Amed. Walaupun rasa ngantuk gila gilaan, tapi saya tetap bertekad untuk melek karena terbayang indahnya pemandangan Jemeluk Bay, Amed. Perjalanan dari Kuta menuju Amed memakan waktu 2,5 jam. Karena kami berangkat dini hari, maka jalanan pun lancar, padahal biasanya perjalanan menuju Amed bisa memakan waktu hingga 3 - 3,5 jam. Amed berada di kecamatan Karangasem, jalan menuju Amed cukup mudah. Cukup telusuri saja jalan raya bypass Ida Bagus Mantra sampai jalannya habis, maka nanti papan petunjuk menuju Amed cukup jelas. Dalam perjalanan nanti kita akan melewati pelabuhan Padang Bay dan pantai Candidasa.

Tanda panah hitam letaknya Amed (Source)
Saya sampai di kawasan Amed sekitar jam setengah 6, masih ada waktu setengah jam untuk melihat sunrise. Sambil menunggu sang matahari muncul, saya pun tertidur di dalam mobil menuntaskan tidur yang tertunda hahaha. Saat kita memasuki kawasan pantai Amed di kiri kanan jalan banyak terdapat dive center dan hotel hotel mulai dari budget rendah hingga private villa seharga jutaan. Mengingatkan saya sama Gili Trawangan yang kiri kanan jalannya terdapat banyak dive center.

Sunrise yang sedikit berawan di Amed

Catching sunrise !!
Setelah matahari mulai terang, kami segera naik ke view point Jemeluk Bay untuk melihat perpaduan yang harmonis perbukitan, Gunung Agung, dan laut. Cara menuju Jemeluk Bay cukup mudah bloggie, setelah sampai di kawasan pantai Amed tinggal jalan lurus saja mengikuti jalan yang menanjak hingga nanti akhirnya di titik tertinggi ada tanah yang cukup lapang. Di sanalah view point nya.

Jemeluk Bay. Perpaduan yang harmonis, seketika bisa membuat saya lupa akan kerjaan
Airnya jernih banget
Dari atas, air laut Jemeluk Bay ini sangat bening dan mengundang banget buat diceburin. Saya pengen banget snorkeling disana pada waktu itu, tapi mengingat kami semua tidak ada yang membawa baju ganti dan pakaian renang, kami pun urung snorkeling di Jemeluk Bay. Dan suatu saat nanti kami berniat untuk kembali dan snorkeling disana.

Setelah tidak ada yang dapat kami lakukan di Amed, kami melanjutkan perjalanan menuju Tirta Gangga. Fyi, dalam perjalanan menuju Amed itu satu jalur dengan Goa Lawah, Tirta Gangga, dan Taman Ujung. Sehingga ga ada salahnya saat pulang dari Amed, kami mampir satu persatu di objek wisata tersebut. Karena kami berangkat saat gelap, kami pun tidak bisa melihat pemandangan sepanjang perjalanan menuju Amed. Dan setelah matahari terang, kami pun bisa melihat pemandangan superb dalam perjalanan balik.




Perjalanan balik dari Amed kami disambut awan mendung dan gerimis tipis tipis, tapi untung saja tidak sampai hujan deras, karena kami berencana untuk mampir di setiap objek dalam perjalanan pulang ke Kuta. Untung saja gerimis pun berhenti, tapi awan mendung masih menggelayut di langit Bali Timur waktu itu. Dan tak lama kemudian kami sampai di Tirta Gangga






Tirta  Gangga merupakan bekas kerajaan yang terletak di Karangasem. Tirta Gangga terkenal dengan taman airnya. Di sini juga tersedia kolam yang bisa digunakan untuk mandi. Ini pertama kalinya saya datang ke Tirta Gangga. Rasanya sejuk bloggie, gemericik air dan sejauh mata memandang hanya ada air, air, dan air. Ditambah dengan langit yang mendung, menambah kesejukan Tirta Gangga. Sebelum masuk ke area Tirta Gangga, banyak penjual makanan ikan. Saya iseng membeli dari salah seorang penjual disana, 5.000 dapat 2 plastik makanan ikan. Ikan di kolam Tirta Gangga ini adalah ikan koi yang besar besar dan warnanya sangat cerah. Asik sekali rasanya memberi makan ikan ikan disini. Jadi ga ada salahnya untuk membeli makanan ikan yang dijual di sekitar area Tirta Gangga, harganya pun tidak mahal.

Ikan koi yang gendut gendut
Setelah puas menikmati suasana di Tirta Gangga, perjalanan kami lanjutkan menuju Taman Ujung. Karena waktu juga mendekati jam makan siang, kami membeli nasi bungkus di jalan dan akan kami makan saat berada di Taman Ujung, semacam piknik. Perajalanan dari Tirta Gangga menuju Taman Ujung tidak terlalu jauh, sehingga rasanya sebentar saja kami sudah sampai di Taman Ujung. Saat itu Taman Ujung ramai sekali oleh pengunjung yang berdatangan. Mengingat hari itu adalah hari Minggu.


Bangunan utama di Taman Ujung
Taman Ujung atau Taman Sukasada, adalah sebuah taman di banjar Ujung, desa Tumbu, kecamatan Karangasem, Karangasem, Bali. Taman ini terletak sekitar 5 km di sebelah tenggara kota Amlapura. (Wikipedia). Ini juga pertama kalinya saya ke Taman Ujung, sebelumnya saya hanya melihat di foto foto prewedding, karena Taman Ujung ini terkenal dengan spotnya untuk foto prewedding. Terbukti waktu saya kesana saya menemukan ada sepasang calon pengantin yang sedang photoshoot disana.

Kalau boleh jujur, tidak ada yang menarik yang bisa dilakukan di Taman Ujung ini, taman ini cocok untuk acara acara gathering karena banyak sekali area lapang yang bisa digunakan untuk berkumpul. Seperti contohnya saat saya kesana, ada 2 kelompok yang sedang mengadakan acara gathering, bahkan mereka membawa properti lomba lomba ringan seperti balap karung dan lomba makan kerupuk. Berhubung kami ga punya acara yang heboh, kami pun menggelar makan siang kami di atas rumput, dan kemudian menyantapnya. Nikmat...

Tangga menuju titik tertinggi Taman Ujung
View di titik tertinggi Taman Ujung, bisa kita lihat berbatasan langsung dengan laut. Cool !
Salah satu spot favorit untuk foto prewedding (abaikan orang lewat itu)
Selesai makan siang, kami pun berkeliling dan akhirnya perjalanan kami di Taman Ujung pun ditutup dengan memasuki bangunan utama yang terletak di tengah tengah. Di dalam bangunan ini terdapat 3 buah kamar, namun sayangnya kamar kamarnya ditutup sehingga kita tidak dapat melihat dalamnya. Hanya 1 ruangan yang terbuka dan itupun tidak isinya apa apa. Hanya foto foto di dinding dan informasi mengenai Taman Ujung.

Abaikan sandal jepit saya, ini asal nyomot aja yang ada di depan kamar kos -__-

Bagian dalam bangunan

Setelah memasuki bangunan utama, kami pun pulang kembali ke Kuta tanpa sempat mampir ke Pantai Candidasa terlebih dahulu karena semuanya sudah mulai ngantuk, mengingat kami bangun jam 3 pagi dan langsung tancap ke Amed. Well, sekian perjalanan saya menjelajah Bali Timur dalam 12 jam. Suatu hari nanti saya bakal kembali untuk nyobain snorkeling di sana. Yeay ! Setelah refresh otak dengan keliling Bali Timur, otak saya jadi siap untuk kerja lagi keesokan harinya. Weekend getaway ini rasanya cocok untuk karyawan fakir cuti macam saya hahaaha.