19/01/2015

Jelajah Tanah Flores & Timor Day 7 (Kelimutu - Ende - Bajawa)

Jumat, 26 Desember 2014

Kelimutu, Tempat Para Arwah Berpulang 

Jam setengah 4 alarm saya bunyi, dan saya masih lengket di kasur. Tapi semangat saya buat liat keajaiban danau 3 warna di Kelimutu bikin saya bangkit dari kasur. Saya ga mau berlama lama di kasur bikin saya ketinggalan salah satu sunrise tercantik di dunia. Jam 4 saya keluar kamar setelah sebelumnya saya pake baju lapis 2, jaket, dan syal tenun dari nenek Uku. Ternyata Moni dingin banget, bikin gigi saya gemerutukan. Saya lihat di depan om Robert udah bersiap. Setelah semua siap, kami  langsung capcus menuju Kelimutu. Jarak dari Moni ke batas parkiran Kelimutu sekitar 19 km. Dan dari parkiran harus trekking lagi selama 45 menit sampe 1 jam. Ga terlalu jauh memang. Karena emang om Robert ini kalo nyetir ngebut tapi tetep enak, akhirnya ga terlalu lama kami sampai di parkiran Kelimutu, setelah membayar tiket di loket masuk. Per orang harganya 7.500 rupiah, dan untuk mobil dihargai 10.000. Dan tau ga sih bloggie, untuk wisatawan mancanegara harganya mahal banget, per orang dihargai 350.000. Buset emang mahal banget, tapi kayanya tu bule bule nyantai aja gitu ngeluarin duit segitu.

7.500 aja untuk melihat keindahan alam Kelimutu

Buat yang naik sebelum fajar, disarankan untuk bawa senter ya. Karena emang kondisinya gelap banget dan pengunjungnya ga banyak, jadi ga ada yang bisa ditebengin senternya haha. Kaya waktu itu, ada beberapa gerombolan bule yang nebeng kami karena mereka lupa bawa senter. Trekking menuju kawah Kelimutu ini ga berat sama sekali bloggie, dibanding kawah Ijen dan Gunung Batur, trekking disini jauh lebih mudah. Bahkan saya masih bisa cerewet ngomong ini itu tanpa menghemat nafas sama sekali haha. Benar saja, sekitar 45 menit trekking dan menapaki beberapa anak tangga, kami sampailah di puncak view point. Pemandangannya satu kata. Subhanallah. Saya bener bener takjub dengan apa yang ada di depan mata saya sekarang. Setelah selama ini Cuma bisa liat Kelimutu dari internet aja, sekarang 3 danau kawah Kelimutu terbentang di hadapan saya. Walaupun saat itu warna kedua danau sama sama berwarna hijau tosca, sama sekali ga mengurangi keindahannya. Tadinya memang saya berharap danau Tiwu Ata Polo berwarna merah atau hitam, namun saat itu Tiwu Ata Polo berwarna sama kaya Tiwu Nuwa Muri Koo Fai

Danau kawah Kelimutu ini terletak di puncak Taman Nasional Kelimutu. Ada 3 danau di Kelimutu ini. Antara lain Tiwu Ata Polo yang dipercaya tempatnya arwah orang orang yang selalu melakukan kejahatan. Kemudian ada Tiwu Nuwa Muri Koo Fai, tempatnya arwah para muda mudi yang meninggal. Kedua danau ini berdampingan. Kemudian yang terakhir ada Tiwu Ata Mbupu yang letaknya paling jauh diantara 2 danau dan paling jauh di bawah sana, ini dipercaya sebagai tempatnya arwah arwah para orang tua. Pada saat saya kesana, Tiwu Ata Mbupu berwarna hijau tua banget banget banget. Sebelumnya menurut penduduk setempat beberapa saat yang lalu warnanya Tiwu Ata Mbupu adalah hitam teh. Sedangkan 2 danau yang lainnya berwarna hijau tosca. Padahal saya berharap Tiwu Ata Polo bisa berwarna merah atau hitam. Tapi tetep indah kok bloggie. Dan ga salah lagi kalo emang sunrise di Kelimutu ini termasuk salah satu sunrise terindah di dunia. Emang kenyataannya amrazing banget.

Salah satu sunrise terbaik dalam hidup saya
Tiwu Nuwa Muri Koo Fai

Tiwu Ata Mbupu

Tiwu Ata Polo

Dua danau kawah yang berdampingan
Sama sama berwarna tosca
Setelah puas menikmati keindahan ketiga danau kawah yang indah banget sumpah. Saya pengen beli susu di ibu ibu penjaja minuman di view point. Ini bakalan jadi susu hangat terenak sedunia, karena minumnya sambil ngelihat keindahan alam Kelimutu. Selama melihat ketiga danau, saya selalu bertanya tanya dalam hati, apa jadinya kalo ada orang yang kecemplung disana ya. Rasanya berenang di dalam kawah itu kaya apa ya. Saya penasaran banget apa yang ada di dalam kawah itu. Dan yang bikin danau ini kelihatan “cool” adalah airnya tenang banget. Ga kaya Kawah Ijen, kawah Kelimutu ini rasanya lebih mistis dan dingin. Apalagi ketika saya melihat Tiwu Ata Mbupu yang berada jauh di bawah sana, dengan airnya yang berwarna gelap saya membayangkan sambil bergidik ngeri. Menurut penduduk setempat Tiwu Ata Mbupu selalu berwarna gelap. Subhanallah ciptaan Allah, dan saya yakin disini ada penghuni lain selain kami yang kasat mata. Ternyata bener, ada tulisan untuk menjaga tingkah laku dan tutur kata selama di kawasan Taman Nasional Kelimutu karena kawah ini masih dianggap keramat dan sakral bagi masyarakat sekitar. Bahkan ada beberapa tradisi memberi makan arwah disini. Taman Nasional Kelimutu ini bener bener wajib harus dikunjungi. Perpaduan antara keindahan dan mistis yang harmonis. Kalo saya diajak lagi kesini saya ga ragu untuk jawab absolutely YES ! Kelimutu indah banget bloggie.

Ibu penjual minuman di atas Kelimutu

Susu coklat terenak di dunia dan "termahal"

Foto masih di pagar pembatas

Mulai berani lompatin pagar pembatas demi mendapatkan foto ini
Di pinggir Tiwu Ata Polo
Jam 7 pagi setelah puas menikmati keindahan alam di Taman Nasional Kelimutu, kami segera turun. Karena hari ini kami akan langsung capcus menuju Bajawa melalui Ende. Ini bakal jadi perjalanan yang panjang. Katanya om Robert sih perjalanan menuju Bajawa selama 7 jam. Brace yourself ! Denger denger sih jalan trans Flores ajaib bener kelokannya, dan ada beberapa bagian yang jalannya rusak.

Jam 8 pagi kami semua sudah sampai di penginepan dan langsung bersiap siap repacking dan mandi. Sebelumnya ga lupa untuk sarapan dulu tentunya. Sarapan itu wajib hukumnya, soalnya gratis sayang kalo ga diabisin hahahaha. Sarapan di Watugana Bungalow adalah pancake pisang dan buah buahan potong segar, buahnya antara lain pepaya, nanas, dan pisang. Porsinya ? Guede bloggie, jangan khawatir ga kenyang. Setelah selesai sarapan, kami semua pamit sama om John. Om John ini baik banget dan melayani kami semua dengan baik. Udah kaya temen sendiri. Kalo bloggie ke Moni, jangan ragu nginep di Watugana Bungalow ya, recommended.


Jam setengah 9 kami semua berangkat ke Ende untuk lanjut ke Bajawa. Dari Moni ini mamanya om Robert nebeng kami sampe di Ende. Ternyata om Robert ini blasteran Solo, neneknya orang Solo. Saya juga baru tau dari mamanya. Perjalanan kembali kami ke Ende ini banyak banget ceritanya

Tebing rawan longsor di Moni

Sisa sisa longsor
Kemudian ketika saya terbangun sudah sampai di Ende dan lagi beli makan siang untuk dibungkus dan dimakan di pinggir Pantai Batu Hijau dalam perjalanan Ende – Bajawa. Perjalanan menuju Bajawa melewati pesisir pantai yang indah banget. Bikin saya betah buka kaca jendela mobil ngerasain semilir angin. Dan uniknya lagi, dalam perjalanan Ende – Bajawa banyaaaaak banget bertaburan mesjid mesjid. Emang di daerah sini banyak banget orang Flores tapi muslim. Setelah sekian lama ga denger suara adzan, akhirnya saya denger juga suara adzan dan melihat mesjid. Tiba tiba saya kangen banget sama Timor. Di Timor itu rasanya kaya bukan di Indonesia (lebay), bahasanya masih beda banget. Walaupun sama sama bahasa Indonesia, tapi logatnya itu lho yang beda. Saya kangen panggilan "nona", "kakak", dan "mama". Kalo di Flores ini suasana pedalamannya kurang begitu kental terasa. Akhirnya setelah melamun cukup lama, sampai lah kami di Pantai Batu Hijau. Sebelumnya kami melewati banyaaaaaak banget penjual batu hijau berkarung karung, dan hebatnya batu hijau di pantai ini ga abis abis. Tapi tetep ya, kelestariannya harus dijaga supaya suatu saat nanti batunya ga habis.

Pantai Batu Hijau
Batu batu hijau yang dijual di sepanjang jalan
Batu batu yang tersebar
Begitu mobil selesai parkir, saya langsung lari ke pasir pantai, pengen liat lebih deket batu hijaunya. Tapi ternyataaaa, pasirnya panas banget. Saya sepeeti berasa lagi atraksi debus, kaya berjalan di atas bara. Saya pun loncat loncatan sambil bilang “Panas... panas...panas” Saya yakin om Robert ngeliat saya kaya orang aneh. Abisnya saya cuma pake sandal teplek, sehingga pinggiran kaki saya nyentuh pasir pantai ini yang panasnya amit amit. Tiba tiba saya menyayangkan para penambang batu disini, seandainya batu batu yang dijual berkarung karung itu semua disebar di sepanjang pesisir pantai ini, pasti pantainya tambah indah lagi karena pasirnya tertutup batuan hijau. Pantai Batu Hijau ini bukan pantai yang diperuntukkan untuk wisata, jadi jangan harap ada akomodasi kaya penjual makanan atau minuman. Pantai ini cuma pantai biasa yang berada di sepanjang perjalanan Ende – Bajawa yang kebetulan punya keunikan yaitu batuan hijaunya sehingga ini destinasi wajib para wisatawan yang lagi melakukan perjalanan dari Ende – Bajawa.

Kami makan siang di salah satu saung yang memang banyak dibangun di pinggir jalan oleh penambang batu. Kami membuka bungkusan nasi kami disana. Makan ditemani suara ombak dan angin semilir bikin makannya terasa enak banget walaupun hanya nasi dengan abon ditambah kucuran kuah masakan Padang.

Bajawa Si Piring dari Jawa
Selamat datang di Kota Bajawa
Perjalanan Ende – Bajawa kelokannya cukup banyak. Jalannya naik turun dan penuh kelokan. Lambat laun pemandangan pun berganti dari pesisir pantai menjadi perbukitan dan udara mulai mendingin. Hari mulai sore, dan akhirnya jam 5 sore pun kami sampai di Bajawa. Di Bajawa kami menginap di Hotel Bintang Wisata. Hotel ini recommended banget, karena letaknya yang percis di tengah kota dan memudahkan akses kita kalo mau kemana mana. Setelah nurunin semua barang dan mandi. Saya sempet bilang ke mereka “Dingin begini makan berkuah enak deh !” dan Om Robert pun ngajakin makan bakso enak di pojokan, tapi berhubung saya lagi pengiritan garis keras, saya nolak dengan alasan pengen makan Pop Mie aja hahaha. Padahal mah pengen banget makan bakso hiks.

Mesjid besar di pertigaan kota Bajawa


Alun alun di Bajawa, sejuk banget
Bajawa berasal dari kata Bha yang artinya piring dan Jawa yang berarti Pulau Jawa atau perdamaian. Bajawa ini kotanya dingin dingin sejuk dan indaaaaah banget, dan terutama yang bikin saya takjub adalah kotanya hijau dan bersih. Bajawa berada di kaki gunung Inerie. Awalnya saya baca gunung Inerie ini “Ineri” tanpa huruf E di belakangnya. Tapi ternyata cara bacanya adalah Ineri-ye hahahaha. Gunung Inerie ini terkenal dengan bentuknya yang bener bener segitiga kaya piramida. Tapi sayangnya waktu kami memasuki kota Bajawa, gunungnya tertutup kabut. Bajawa ini kota kecil, keliling keliling dengan berjalan kaki saja udah cukup puas kok. Kotanya indah. Buat bloggie yang ke Bajawa sempatkan untuk jalan jalan sore atau pagi di sini, ya.

Tambahan info :
- Untuk yang mau ke Kelimutu naik motor siapkan baju yang tebel yah, soalnya dingin banget. Naik mobil aja udah dingin apalagi kalo naik motor
- Jangan lupa bawa senter !
- Perjalanan Moni - Bajawa cukup lama, siapkan stamina ya
- Hotel Bintang Wisata recommended banget ! Harganya 150.000 per malam. 081239556002 (Ibu Line)

No comments:

Post a Comment