Hari ini hari pertama saya eksplor Ternate, Maluku Utara. Ternate yang sering saya dengar saat pelajaran IPS dulu waktu sekolah. Ternate yang terkenal dengan kekayaan rempah-rempahnya. Dan hari ini, saya terbang kesana. Saya sangat bersemangat pagi itu, tapi sayangnya hujan deras mengguyur Makassar pagi itu. Sehingga saya batal jalan kaki menuju halte bus Damri menuju Bandara Hasanuddin. Saya pun pesan taksi dari hotel saja, daripada beresiko ketinggalan pesawat menuju Ternate.
|
Boleh kali ya selfie dulu saudara-saudara |
Terminal keberangkatan Sultan Hasanuddin berbeda 180 derajat dengan terminal kedatangannya yang kurang terawat. Di terminal keberangkatan lebih elegan dan lebih keren desainnya. Bahkan menurut saya ini lebih bagus daripada bandara Ngurah Rai.
|
Terminal keberangkatan bandara Sultan Hasanuddin |
Jam 11 siang pesawat Sriwijaya Air yang akan mengantar saya menuju Ternate akan lepas landas. Selamat tinggal Makassar, selamat tinggal Toraja, selamat tinggal Sulawesi Selatan ! Semoga masih ada waktu lagi untuk berkunjung lagi.
|
Bye Sulawesi Selatan !! |
|
Dapat makan di pesawat, lumayan untuk menghemat biaya makan di Ternate |
|
Almost there ! Ternate |
Pesawat landing dengan mulus di Bandara Sultan Babullah, Ternate pukul 1 siang. Sebelumnya saya sudah booking hotel di Ternate yaitu Hotel Boulevard. Harganya 330.000/malam. Amiiik, katanya kamu backpacker kere ? Kok hotelnya semahal itu ? Tenang, tenang nanti saya jawab di akhir postingan tentang Ternate
#nyengirkuda. Setelah keluar dari bandara, ada 2 transportasi yang tersedia antara lain ojek dan mobil. Kalau mau naik ojek bloggie bisa berjalan agak keluar bandara dulu, nanti disana akan banyak ojek mangkal. Dan kalau mau naik mobil, dari dalam bandara banyak yang menyediakan. Tips agar murah adalah sharing, disini mobil bisa sharing dengan penumpang lain. Seperti angkot, nanti supirnya akan mencari penumpang sampai mobil penuh. Harganya 50 ribu. Jika ojek harganya 35 ribu. Beda 15 ribu, pilihan di tangan bloggie. Kalau saya naik mobil saja lah, ga panas. Taksi ga ada di Ternate, rugi bikin pangkalan taksi. Ternate adalah kota kecil di kaki gunung Gamalama. Bukan Gunung Gamalama yang terletak di Ternate, tapi Ternate lah yang terletak di Gunung Gamalama. Butuh waktu 1-1,5 jam untuk mengelilingi gunung. Gunung Gamalama itu seperti Anak Krakatau yang tiba-tiba nyembul dari dasar laut, dan Ternate terletak di pinggir pesisirnya. Perpaduan yang harmonis antara gunung dan laut.
Sampai di Hotel Boulevard, saya mengurus kamar dan bayar DP sebesar 500 ribu untuk 2 malam. Dan dapatlah saya kunci kamar nomor 214, beda 2 kamar dengan Wiro Sableng di kamar 212 (abaikan).
Saya menyempatkan untuk rebahan sebentar dan mulai berpikir bagaimana caranya saya untuk keliling Ternate. Saat itu yang terbesit di kepala saya adalah sewa motor. Setelah tanya resepsionis hotel, ternyata mereka tidak bisa mencarikan persewaan motor karena di Ternate jarang ada yang menyewakan motor. Mereka menyarankan untuk nego langsung dengan tukang ojek yang mangkal di depan hotel. Saya ga putus asa, saya coba browsing di internet dengan keyword
“Sewa Motor Ternate” namun hasilnya nihil. Akhirnya saya putuskan untuk naik ojek aja.
Saya berjalan keluar hotel dengan santai, selalu dengan wajah
“saya bukan turis” dimana pun berada. Hmm, sebelumnya saya mau kasih tau sesuatu dulu. Setiap jalan-jalan saya selalu punya intuisi tentang kota tujuan saya. Entah kenapa hati saya bisa berbisik kota tersebut aman atau tidak. Dan di Ternate, hati kecil saya berkata kalau Ternate ini aman banget. Itulah kenapa saya bisa jalan dengan luar biasa santainya nyari tukang ojek. IMHO, ini perasaan yang berbeda saat saya berada di Makassar. Di Makassar, rasa waswas itu ada, dan saya ga menyangkalnya.
Akhirnya datanglah tukang ojek di hadapan saya. Fyi, di Ternate ini semua orang berpotensi menjadi tukang ojek. Kalian jalan aja di trotoar sambil celingak celinguk, nanti pasti ada tukang ojek yang nyamperin. Kata temen saya, tukang ojek dadakan begini biasanya lebih murah daripada tukang ojek pangkalan.
“Pak, saya mau keliling Ternate” saya mengawali pembicaraan
“Oooh, iya baronda yah ?”
“Hah ? Ya keliling itu pak, yang ke benteng-benteng, ke Danau Tolire, ke Pantai Sulamadaha”
“Iya, baronda sudah”
Daripada saya makin roaming dengan pembicaraan ini sambil menerka-nerka arti “baronda”, saya pun langsung tanya sambil harap harap cemas, berapa harga yang ditawarkan. Batas budget saya ga lebih dari 200.000
“Berapa pak keliling ?”
“200 ribu dek, itu sudah baronda. Sudah dapat semuanya”
“Ga bisa kurang pak ? 150 ribu gitu pak ?”
“Ga dapet dek, bensinnya aja mahal”
“Yaudah deh pak, 200 ribu dapet semua yah pak”
“Iya, baronda itu sudah”
Tanpa memikirkan lebih lanjut tentang baronda, saya langsung naik di boncengan si pak ojek yang ternyata bernama Pak Oslan. Dia orang Gorontalo dan sudah 16 tahun di Ternate. Pak Oslan cukup asik diajak ngobrol, dia ngasih tau informasi tentang sejarah Ternate, kisah dulu Gunung Gamalama meletus pun juga diceritakan. Oh iya, setelah ngobrol panjang lebar akhirnya saya tau arti dari baronda. Baronda artinya jalan memutari gunung Gamalama. Baronda berasal dari kata round yang artinya memutar, dan orang Ternate menambah imbuhan sehingga terbentuklah kata baronda. Selain baronda, kata lain dari memutar gunung adalah baron. Okay, ayo kita baronda !!! Ambil sarung dan kentongan ! Sorry, itu ronda bukan baronda (jayus).
Destinasi pertama baronda sore ini adalah Benteng Tolukko. Ternate identik dengan benteng-benteng peninggalan jaman penjajahan Portugis. Ingat jaman IPS ? Ternate dijajah karena terkenal dengan kekayaan rempah-rempahnya pala, cengkeh, dan kayu manis. Benteng ini terletak di atas bukit, benteng ini merupakan benteng pengawas perdagangan rempah-rempah. Benteng Tolukko termasuk ke dalam benteng yang terawat sangat baik, di halamannya ditumbuhi tanaman bunga-bunga dan rumput yang hijau. Jika dilihat dari atas, benteng Tolukko berbentuk seperti alat kelamin pria. Entah sengaja dibuat begitu atau unsur ketidak sengajaan. Ga tau deh, hahaha.
|
Pintu masuk Benteng Tolukko |
|
Tampak depan Benteng Tolukko |
|
Denah Benteng Tolukko |
|
Pemukiman di Ternate dilihat dari atas benteng |
|
Gunung Gamalama berkabut |
|
Pemukiman Ternate |
Setelah puas menikmati Benteng Tolukko yang tidak terlalu besar ini, saya melanjutkan baronda menuju Pantai Sulamadaha. Dalam perjalanan ke Pantai Sulamadaha, melewati kawasan Batu Angus. Batu Angus merupakan batuan lahar membeku yang dimuntahkan Gunung Gamalama saat meletus jaman dahulu. Batu Angus hampir sama dengan Batu Gosong di Kintamani, Bali. Jika kita naik ke Gunung Batur, maka kita akan melewati kawasan Batu Gosong. Saat itu saya tidak mampir ke Batu Angus, melihat waktu yang semakin sore, takutnya ga kekejar objek yang lain. Lagipula Gunung Gamalama tertutup kabut tebal, sehingga pemandangan di Batu Angus kurang hacep alias kurang pecah.
|
Kawasan Batu Angus |
Kurang lebih 10 menit setelah dari Batu Angus, sampailah saya di Pantai Sulamadaha. Pantai yang terkenal dengan lagunanya, atau yang sering disebut dengan Hol Sulamadaha oleh masyarakat sekitar. Untuk menuju ke lagunanya, harus melewati jalan setapak dahulu, kurang lebih 15 menit sampai setengah jam berjalan kaki maka kita akan sampai di Hol Sulamadaha. Apa yang menarik dari Hol Sulamadaha ? Airnya yang luar biasa bening dan spot yang cocok untuk snorkeling.
|
Pantai Sulamadaha berpasir hitam |
|
Pulau Hiri berhadapan langsung dengan Pantai Sulamadaha |
|
Jalan setapak menuju hol Sulamadaha |
Tadinya saya ingin jalan kaki menuju Hol untuk foto dan melihat seperti apa sih indahnya. Namun kaki saya terasa berat banget, dan tergoda dengan sebuah warung kecil yang berjualan di areal masuk menuju Hol. Bukankah esensi dari liburan itu untuk menikmati suasana daripada mengejar spot foto untuk diposting di instagram ? Hahaha, ini pembelaan banget males jalan dan akhirnya saya nongkrong di warung tersebut. Saya pun pesan pisang goreng khas Ternate yang dimakan pakai sambal. Pisang yang digunakan pisang khusus, bukan pisang biasa. Dan ga akan bisa diduplikat dengan pisang lain. Namanya pisang mulut bebek, memang sih bentuknya sepintas mirip mulut bebek. Di ujung pisangnya mencuat ke atas seperti mulut bebek. Pisang ini warnanya hijau, seperti masih mentah. Selain warnanya hijau, ketika saya pegang pun masih terasa keras. Namun, setelah dikupas, pisangnya berwarna orange kemerahan seperti pisang raja yang sudah matang. Dan cara mengupasnya pun pakai pengupas kulit wortel karena kulit pisang ini keras. Keren.
|
Pisang mulut bebek |
|
Enak. Udah gitu aja. |
Rasanya ? Enak banget banget banget ! Apalagi pisangnya baru selesai digoreng, masih hangat dan ketika dicocol ke sambelnya, bombastis fantastis meledak di mulut. Enak ! Saya ga berhenti mencomot pisang ini bahkan saya sampai minta tambah sambel sama ibu penjualnya. Kalau ke Ternate wajib hukumnya makan pisang mulut bebek, dan saya merekomendasikan makan pisang ini di Pantai Sulamadaha, beli di warung yang letaknya di depan jalan masuk menuju Hol Sulamadaha. Sambelnya enak, dan ibu ini selalu menggorengkan pisang ketika baru dipesan sehingga masih hangat. Recommended !
Setelah kenyang dengan pisang mulut bebek, saya melanjutkan perjalanan ke Danau Tolire. Danau yang terkenal dengan kemagisan dan mitosnya yang jika melemparkan batu maka batu tidak akan bisa menyentuh air danau. Batu akan terlempar ke samping tebing, sekeras apapun mencoba tidak akan bisa menyentuh air. Katanya kalau bisa menyentuh air, keinginan kita bisa terkabul. Dan mitosnya, di danau ini dihuni oleh buaya putih yang merupakan penunggu danau. Kurang serem apa coba Danau Tolire ?
Saat saya kesana, Danau Tolire sepi, hanya ada 1-2 orang saja disana. Mungkin karena sudah kelewat sore dan cuaca yang mendung. Jika tidak ada kabut tebal, maka Gunung Gamalama akan terpampang jelas di depan Danau Tolire ini. Kurang mistis apa coba, kabut tebal, mendung, danaunya super gede dan dalem, airnya tenang, hutan belantara. Bahkan ceritanya, belum ada yang berani mengukur kedalaman Danau Tolire. Katanya dulu ada peneliti dari luar negeri yang mencoba mengukur kedalaman danau ini, tapi ternyata saat menyelam peneliti tersebut tidak kembali ke permukaan dan menghilang.
Legenda terbentuknya Danau Tolire adalah awalnya danau ini adalah perkampungan namun dikutuk karena adanya akibat cinta terlarang antara anak dan ayah hingga si anak hamil. Kemudian perkampungan ini dikutuk menjadi Danau Tolire. Danau Tolire yang dikenal adalah danau Tolire Besar yang merupakan wujud dari si ayah. Dan wujud si anak adalah Danau Tolire Kecil yang merupakan danau kecil dan dangkal di pinggir pantai di pinggir jalan menuju Danau Tolire Besar.
Setelah bermistis ria di Danau Tolire, saya melanjutkan perjalananan menuju Benteng Kalamata. Perjalanan dari Tolire menuju Benteng Kalamata cukup jauh karena harus memutar gunung. Pada sisi gunung ini sangat jarang ditemukan pemukiman, dan saat itu hanya saya dan tukang ojek saja yang melintas. Saya hanya bisa komat kamit berdoa supaya si bapak ga tergoda kecantikan saya dan melakukan hal yang aneh-aneh. Tapi Alhamdulillah, terbukti bahwa Ternate itu aman, saya masih utuh hingga detik ini. Ternate aman bloggie, jangan takut !
|
Kabut tebal menyelimuti Gunung Gamalama |
|
Sepi |
Benteng Kalamata memiliki nama asli Benteng Santo Lucia. Benteng ini adalah benteng untuk mengawasi serangan Spanyol untuk menguasai Tidore. Benteng Kalamata berada di dekat Pelabuhan Bastiong, pelabuhan untuk menyeberang ke Pulau Tidore dan Halmahera. Benteng Kalamata terletak menjorok ke tengah laut, dengan lubang-lubang bidikan meriam di dindingnya, saya pun jadi membayangkan pada waktu masa penjajahan.
|
Berhadapan dengan Pulau Tidore dan Halmahera |
|
Aktivitas di Pelabuhan Bastiong, plebuhan penyeberangan ke Tidore dan Halmahera |
Destinasi terakhir baronda hari ini adalah Fort Oranje atau Benteng Orange. Benteng ini terletak di tengah kota dan digunakan sebagai areal berkumpul dan bermain keluarga. Saat sore saya kesana banyak anak-anak muda yang berkumpul, ada yang bermain sepeda, skateboard, sekedar duduk menikmati suasana Ternate di sore hari. Dan kebetulan saat itu sedang ada panggung hiburan dari sebuah bank swasta.Mungkin Benteng Orange semacam Taman Bungkul di Surabaya dan Lapangan Puputan di Denpasar. Bukan tanpa alasan kenapa dinamakan Benteng Orange, memang benteng ini didominasi warna orange.
|
Bagian dalam Fort Oranje |
Selesai sudah baronda hari pertama di Ternate. Dan dalam hari pertama, saya langsung jatuh cinta sama Ternate. Kotanya kecil, tenang, dan sejauh mata memandang adanya laut, laut, dan laut dengan pulau pulau tersebar di sekitarny. Ada pulau Maitara, pulau Hiri, pulau Tidore, pulau Halmahera. Indah ! Dan jika melihat dengan arah yang berlawanan akan melihat Gunung Gamalama yang gagah menjulang tinggi ke langit. Oleh karena itulah, penunjuk arah di Ternate cukup unik. Seperti ini, Ka Bawah, Ka Atas, Ka Lao, Ka Dara. Ka Bawah artinya menuju ke bawah yang artinya ke daerah pesisir. Ka Atas artinya ke atas yang artinya menuju ke arah Kedaton Ternate. Sama halnya dengan Ka Lao dan Ka Dara, Ka Lao artinya ke laut dan Ka Dara artinya ke darat atau ke arah gunung Gamalama.
|
Bonus pict : Masjid Raya Al Munawarrah, berseberangan dengan hotel Boulevard |
NOTE:
*Perjalananan saya mengelilingi Ternate hari pertama dimulai dari pukul setengah 4 sore dan selesai pukul 6 sore. Jadi jangan ragu untuk langsung keliling explore Ternate walaupun landingnya siang seperti yang saya lakukan.
DAMAGE COST:
*Mobil dari bandara – hotel : 50.000
*Hotel Boulevard 2 malam : 660.000
*Ojek keliling : 200.000
*Tiket masuk ke Sulamadaha : 4.000
*Tiket masuk ke Benteng Tolukko : 5.000
*Tiket masuk ke Danau Tolire : 8.000
*Jajan pisang mulut bebek di Sulamadaha : 20.000
*Makan malam di KFC Jatiland Mall (depan hotel) : 35.000
Total : IDR 983.000
Mau nanya dong ka penginapan selain hotel bela dan losmen kita ada lg gak yg low budget ? Hehe
ReplyDeleteMau nanya dong ka penginapan selain hotel bela dan losmen kita ada lg gak yg low budget ? Hehe
ReplyDeleteKalo low budget banyak kok :) tanya2 aja sama kang ojek disana, tp waktu itu saya ga perhatiin. Tp ada kok. Selamat mencari :)
DeleteMau cari hotel di tangah kota ternate, dengan harga yang terjangkau? Neraca Golden Hotel pilihannya...
DeleteHarga kamar :
195.000, 225.000, 250.000, 275.000, 350.000, 395.000.
Dengan banyaknya pilihan kamar tersebut, diharapkan bisa memenuhi kebutuhan tamu dari berbagai kalangan.
fasilitas :
* Free wifi
* TV
* AC
* Spring bed
* Kamar mandi dalam
* Sarapan pagi
* Snack sore
* Water Heater ( untuk type kamar tertentu)
* Laundry
* Travel ( penjualan tiket pesawat )
* JNE ( jasa pengiriman dokumen dan paket )
* Restoran
* Rental mobil
Ditunggu kedatangannya yaa...trims
wah tulisannya menarik, menarik sekali jadi suka dengan bagaimana caranya menyampaikan tentang kota.. Baronda means berkeliling ya kira-kira begitulah. wah masih banyak tempat yg harus dikunjungi. dan itu sehari 900rb KEMAHALAN kak -,-
ReplyDeletemakasih yah haha ! akhirnya jadi beneran ke Ternate gara2 liat blognya Alfi. dan alhamdulillah sampe juga di Ternate.
Deletebahahahaaa mahal bgt yah. maklum waktu itu nyari gampangnya aja sih. rada jiper solo backpacking kesana :D
buat selanjutnya, pasti udh tau tips and tricknya. dan kunjungan selanjutnya pengen naik ke Gamalama ihh :D
Wah, tulisannya menarik, meninggalkan jejak dulu,,lanjut baca ke hari ke dua --> :)
ReplyDeletekeren tulisannya mb, klo mo cari sewa motor di ternate silahkna kunjungi blog saya yah,,, >>> https://sewamotordikotaternate.blogspot.com/
ReplyDeleteMakasih