Sultan Hasanuddin Airport, Makassar |
Hola Makassar, adios Makassar, apa kareba ! Saya tiba di Makassar pukul 13.30 WITA. Sedangkan bus malam yang membawa saya menuju Toraja dijadwalkan pukul 20.00, sempat bingung awalnya bagaimana caranya membuang 7 jam sambil menunggu jadwal bus saya. Tapi untungnya sejak di bandara di Bali, saya dapet kenalan orang Gorontalo. Dia transit di Makassar 5 jam, sehingga selama 5 jam itu dia bisa menemani saya. Begitu menginjak terminal kedatangan Bandara Sultan Hassanudin, saya langsung panik dan kaget karena banyak banget calo calo taksi gelap yang menawarkan jasanya. Suasana tambah chaos ditambah dengan hujan yang super deras turun di langit Makassar siang itu. Padahal saat saya landing, cuaca cerah cerah aja ga ada tanda tanda mendung. Kami pun memutuskan untuk makan siang dulu di dalam bandara, sambil memikirkan bagaimana rencana saya selanjutnya.
Nasi goreng minimalis ala bandara |
Ini namanya buras, teman makan coto makassar. |
Saat itu saya mengucap syukur banget banget bisa dipertemukan dengan cowo Gorontalo ini karena dia banyak membantu saya selama di (bandara) Makassar. Sehingga membuat saya merasa bahwa di saat saya sendirian begini, masih ada Allah yang menjaga saya, hamdalah (mendadak religius).
Tadinya saya pengen naik ojek aja menuju ke perwakilan bus yang membawa saya ke Toraja, selain duit yang tipis (ini salah satu kenekatan maha nekat saya selama perjalanan, bawa uang super mepet) dan saya ga punya budget untuk naik taksi. Tapi keadaan memaksa saya buat naik taksi juga akhirnya, karena hujan super duper dahsyat mengguyur Makassar siang itu. Tips buat kalian adalah jangan naik taksi gelap yang ditawarkan di bandara, karena harganya ngawur abis, ditambah hujan deras membuat para supir ini merasa dibutuhkan dan menaikkan tarifnya seenak jidat. Naiklah taksi merk Bossowa dan Metro Makassar, karena taksi ini merupakan taksi kepercayaan di Makassar (fyi, ga ada Blue Bird di Makassar). Tapi, bloggie harus sedikit berusaha buat dapetin taksi ini, karena taksi ini tidak diperbolehkan mengangkut penumpang dari areal bandara, hanya boleh mengantar saja di terminal keberangkatan. Oleh karena itu......kalian berjalanlah agak jauh demi bisa mencegat taksi ini, jauhnya seberapa ? Ga terlalu jauh sebenernya, tapi keadaan diperparah dengan hujan deres plus banjir memaksa saya jalan di kubangan air setinggi mata kaki. Tapi usaha ini sepadan dengan harga taksi yang jauh lebih murah dibanding naik taksi bandara yang bisa mematok harga hingga 2x lipat. Ya nasib. Oh ya, kalau trip di musim hujan begini selalu sediakan rain cover untuk tas dan selalu sedia payung di dalam tas. Dijamin bakal berguna.
AC taksi membuat saya yang basah kehujanan jadi makin kedinginan, tapi untungnya di taksi lagi diputer lagunya Duo Racun – Sorry Jack jadi lumayan bisa goyang biar anget (abaikan, bloggie). Dalam perjalanan di taksi, saya menyempatkan diri untuk bersih bersih dan sisir rambut yang udah lepek abis kehujanan. Cantik tetep nomer satu.
Banjir ! |
Saya menggunakan PO Bus Alam Indah, karena beberapa PO yang lain sudah full book. Tadinya saya pengen nyobain PO Primadona yang busnya kece abis, tapi ada harga ada rupa, harga tiket Primadona bisa mencapai 250.000 pada musim liburan begini. Sedangkan Alam Indah bisa ditebus lebih murah dengan harga 180.000. Jangan khawatir dengan kondisi busnya, karena semua bus trans Sulawesi merupakan kelas executive semua, dilengkapi dengan kursi yang nyaman (reclining seat), selimut, dan bantal serta tak ketinggalan ada foot restnya juga.
Perwakilan Bus Alam Indah terletak di dekatnya Makassar Town Square (MTos), sehingga sambil menunggu jam keberangkatan, saya menghabiskan waktu sekalian ngecas handphone dan power bank di Dunkin Donuts MTos . Menurut saya, memilih Bus Alam Indah ini merupakan keuntungan, karena letak perwakilannya yang berdekatan dengan MTos. Menunggu jadwal keberangkatan di kantor perwakilan bus bukan ide yang tepat, karena tempatnya becek, dan ga disediakan tempat duduk yang nyaman. Bener bener parkiran bus aja.
Numpang ngecas di Dunkin Donuts |
Jam 7 saya cabut dari MTos dan memutuskan untuk jalan kaki menuju perwakilan Bus Alam Indah mengingat jaraknya yang ga terlalu jauh. Tapi sayangnya, sisa hujan seharian membuat jalan Perintis Kemerdekaan banjir dan becek di pinggir pinggir jalannya. Ditambah tidak adanya trotoar membuat saya susah memilih pijakan untuk jalan kaki, apalagi banyaknya motor yang ambil bahu jalan bikin saya makin susah jalan. Saya agak heran, kenapa infrastruktur Makassar kok ga kece banget sih, pinggir jalannya masih pake tanah yang bisa becek kalo hujan. Kenapa ga trotoar aja sih. Akhirnya saya putusin naik ojek aja ke perwakilan bus, ditebus dengan duit 15.000. Rada ga ikhlas sih, soalnya seandainya ada trotoar pasti saya bisa jalan kaki buat ngehemat biaya.
Perjalanan Makassar – Rantepao ditempuh 9 jam. Rantepao merupakan ibu kota Toraja Utara, sedangkan Makale ibu kota Toraja Selatan. Menurut info yang saya dapat, untuk explore Toraja dalam waktu singkat, lebih baik turun di Rantepao saja. Karena letak objek wisata lebih dekat dijangkau jika dari Rantepao. Pukul 9 malam akhirnya bus berangkat, menembus kemacetan di daerah Perintis Kemerdekaan yang merupakan jalan poros Makassar – Maros. Kalau mengantuk, jangan tidur dulu sampai bus benar benar keluar Makassar, karena nanti kita akan diturunkan di Terminal Daya untuk membayar retribusi 2.000 per orang dan kemudian naik bus lagi. Kan kasian kalo udah pewe mau merem, eh disuruh turun pula. Hahaha, kan ga asik.
Dalam perjalanan saya mencoba untuk ga tertidur, karena walaupun malam hari saya masih bisa melihat betapa indahnya pemandangan di luar sana. Siluet perbukitan karst menghiasi perjalanan saya menuju Rantepao. Apalagi ditambah dengan rumah rumah panggung khas Sulawesi yang berjejer di sepanjang jalan. Sambil termenung memandang dari jendela bus, membuat saya bersyukur telah diberi kesempatan bisa berjalan hingga sejauh ini. Alhamdulillah.
NOTE: Bus Alam Indah yang akan membawa saya menuju Toraja. |
Interior bus Alam Indah tujuan Makassar - Toraja |
Dalam perjalanan saya mencoba untuk ga tertidur, karena walaupun malam hari saya masih bisa melihat betapa indahnya pemandangan di luar sana. Siluet perbukitan karst menghiasi perjalanan saya menuju Rantepao. Apalagi ditambah dengan rumah rumah panggung khas Sulawesi yang berjejer di sepanjang jalan. Sambil termenung memandang dari jendela bus, membuat saya bersyukur telah diberi kesempatan bisa berjalan hingga sejauh ini. Alhamdulillah.
Saya terharu melihat penanda di GPS bahwa saya sudah di Sulawesi. Yihaa ! |
Perwakilan Bus Alam Indah Makassar : Jalan Perintis Kemerdekaan KM. 8 (Telp. 586717), Makassar. Saat high season usahakan booking tiket bus sehari sebelumnya, karena tingginya arus mudik orang orang ke Toraja pada bulan Desember.
* Makan siang di bandara : gratis (dibayarin)
* Air mineral botol : gratis
* Taksi dari Bandara – MTos : 86.000
* Dunkin Donuts : 35.000
* Ojek dari MTos-Perwakilan Bus Alam Indah : 15.000
* Tiket bus Makassar – Toraja : 180.000
Total : IDR 316.000
No comments:
Post a Comment