15/01/2016

Day 2 (Part II) : Gagal Merinding Di Kete Kesu

Rumah Kak Nona berada satu jalur dengan objek wisata Kete Kesu. Oleh karena itu, objek wisata yang pertama kali saya datangi adalah Kete Kesu. Kete Kesu merupakan sebuah desa wisata yang memiliki rumah tongkonan berderet rapi yang berhadapan, yang merupakan landmark wisata Tana Toraja. Tapi tongkonan di Kete Kesu sudah tidak ditinggali lagi. Di dalam areal Kete Kesu terdapat kompleks kuburan batu yang sudah berumur ratusan tahun, kemudian disana juga terdapat peti jenazah terbesar di Toraja (dunia, maybe). 

Saat saya kesana, waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang. Kemagisan dan kesakralan tongkonan-tongkonan di Kete Kesu yang saya bayangkan mendadak bubar, karena sudah dipenuhi oleh para wisatawan. Ditambah dengan adanya invasi dari sebuah kampus yang mengadakan eksursi kesana. Salah saya pun lupa kalau hari ini adalah hari libur nasional, dan tentunya orang-orang pada berlibur ke Toraja. Tips dari saya, datanglah ke Kete Kesu sepagi mungkin jika ingin mendapatkan suasana sunyi yang sakral dan tentunya bisa berfoto dengan tenang bersanding dengan tongkonan-tongkonan yang berderet rapi.


Merasa tongkonan di Kete Kesu kalah magis dibanding tongkonan keramat di kampung Kak Nona, saya pun beranjak menuju ke kompleks kuburan batu di Kete Kesu. Bukan hal yang aneh lagi jika di Toraja, objek wisata yang ditonjolkan adalah wisata makam. Karena disanalah daya tariknya. Orang Toraja tidak menguburkan orang yang meninggal di dalam tanah, melainkan dengan menguburnya di dalam tebing.

Di tebing-tebing karst di sepanjang Toraja ga menutup kemungkinan digunakan untuk mengubur jenazah
Sepanjang jalan menuju kompleks kuburan batu banyak penjual souvenir khas Toraja. Jika uang saya ga tipis, mungkin saya akan membeli satu set pakaian adat Toraja yang tadi saya lihat digunakan oleh gadis-gadis Toraja saat berada di acara Rambu Solo’. Berhubung saya menyandang status backpackere, maka saya harus memendam keinginan saya untuk membeli souvenir dari Toraja.

Pose di depan peti terbesar di dunia.
Konon katanya (katanya Epi), di dalam peti jenazah ini terdapat lebih dari satu jenazah. Pantesan gede yah, melihat perbandingannya dengan tubuh saya, mungkin disitu bisa muat sampai 50 orang dalam satu peti. Mantap. Saya lanjut berjalan lagi menuju kompleks kuburan batu, tapi ternyata kuburan batu yang saya harapkan kental dengan suasana magis dan horror mendadak buyar. Jumlah para wisatawan yang membludak lengkap dengan tongkat narsisnya memenuhi areal kuburan.

Penuh
Peti jenazah
"Tau tau"
Yang di balik jeruji itu adalah tau tau. Tau tau adalah patung kayu yang dibuat semirip mungkin dengan orang yang sudah meninggal. Untuk membuat tau tau pun juga memiliki persyaratan khusus, intinya tidak sembarang orang meninggal bisa dibuatkan tau tau. Kenapa diberi jeruji besi ? Karena untuk menghalangi tau tau dicuri orang-orang tidak bertanggung jawab. Konon harga tau tau mahal banget. Kan ga lucu kalo misalnya tahu tahu tau tau nya hilang. Haha apa sih ini, joke paling garing selama saya ngeblog dari tahun 2008 #LOL

"Tau tau"


NOTE:

* Harga tiket masuk Kete Kesu : IDR 10.000 
* Ancer-ancer lokasi Kete Kesu, jika dari arah Makale maka akan bertemu pertigaan dengan patung kerbau belang di tengahnya. Maka kita harus belok kanan, kalau ke kiri menuju kota Rantepao. 
* Selain Kete Kesu, banyak objek wisata yang satu jalan, salah satunya Buntu Pune dan Kambira.

No comments:

Post a Comment