Setelah berat harus berpisah dengan Ternate dan segala isinya, akhirnya saya tiba di Manado. Mulai hari ini saya akan ditemani oleh teman baru saya yaitu Mba Maria. Mba Maria ini bekerja di Halmahera Timur (samaan sama Mas Firman di Haltim, abaikan bloggie) dan ikutan trip saya di Manado dan sekitarnya.
Kami tiba di Manado pukul 10 pagi. Sesampainya di Bandara Sam Ratulangi, saya dibuat senang dengan adanya taksi Blue Bird di terminal kedatangan. Akhirnya ada juga bandara yang memudahkan penumpang untuk naik taksi (setelah kisah sedih saya di Bandara Hasanuddin Makassar). Saya dan Mba Maria pun langsung menuju ke Terminal Karombasan untuk mencari bus ke Tomohon. Di dalam taksi, si supir menyarankan kami untuk naik mobil plat hitam saja, mobil sejenis ini sudah lumrah digunakan para penumpang untuk menuju ke Tomohon. Jarak Manado – Tomohon tidak terlalu jauh, kurang lebih tidak sampai 1 jam. Bahkan kalau jalan tidak padat seperti saat kami kesana, Manado – Tomohon bisa ditempuh dalam waktu 45 menit saja. Saya menyetujui saran supir Blue Bird tersebut untuk naik mobil plat hitam menuju Tomohon. Satu orang seharga 15.000. Saran saya memang mending mobil ini saja bloggie dibandingkan dengan naik bus kecil, karena dari segi kenyamanan pasti jauh lebih nyaman jika naik mobil. Harganya pun tidak terlalu mahal. Jadi tips saya adalah, saat sudah naik taksi langsung bilang saja mau ke Tomohon dan minta untuk berhenti di pangkalan mobil plat hitam tujuan Tomohon.
Tomohon merupakan alternatif wisata jika ke Manado. Dengan jarak yang tidak terlalu jauh dan udara yang lebih sejuk dibanding Manado, wajar rasanya jika Tomohon menjadi tujuan wisata akhir pekan bagi warga Manado. Dalam perjalanan Manado – Tomohon akan melewati kompleks perumahan elite Citraland, dimana disana dibangun patung Yesus tertinggi di Asia Tenggara. Jika malam tahun baru, jalur Manado – Tomohon maupun sebaliknya akan macet dan bisa sampai 3 jam perjalanan. Saya mulai deg-degan karena besok saya akan kembali ke Manado pada malam tahun baru, semoga saja tidak semacet yang saya bayangkan. Dan karena lelah, saya pun tertidur di dalam mobil. Sebelumnya jangan lupa untuk menyebutkan tempat pemberhentian kita kepada pak supir, karena nanti dia akan menurunkan kita di tempat yang kita mau. Selama di Tomohon, kami akan menginap di Jhoanie Hotel. Ini hotel yang paling direkomendasikan di Tomohon.
Saya sampai di Tomohon jam setengah 12 siang dan langsung diantarkan ke Jhoanie Hotel. Kesan pertama tentang Tomohon adalah sejuk dan hijau karena Tomohon merupakan daerah dataran tinggi. Tomohon berada di kaki Gunung Lokon, terkenal dengan sebutan Kota Bunga. Setahun sekali diadakan Tomohon Flower Festival, ini merupakan event tahunan yang sangat terkenal. Untuk tahun 2015, Tomohon Flower Festival diadakan pada bulan Agustus. Predikat Tomohon sebagai kota bunga bukan tanpa alasan, di sini hampir semua rumah halamannya digunakan sebagai kebun bunga. Kebun bunga di Tomohon dapat ditemukan di sepanjang jalan Kakaskasen, searah dengan jalan menuju hotel. Para penjual bunga pun juga sangat mudah ditemukan di sepanjang jalan raya Manado – Tomohon.
Selama di Tomohon, transportasi yang saya gunakan adalah dengan menyewa motor. Di Tomohon sangat jarang dan mungkin tidak ada yang mneyewakan motor secara umum. Saya mendapatkan motor dari pihak Jhoanie Hotel. Langsung nego dengan karyawannya. Saran saya, selama di Tomohon usahakan untuk mendapatkan motor sewaan agar lebih mudah dalam mengeksplore Tomohon. Usaha manajemen Jhoanie Hotel untuk mencarikan saya motor pun layak diacungi jempol. Karena kasihan dengan wajah melas saya dan Mba Maria, pihak hotel sangat gigih mencarikan kami motor matic. Terima kasih Jhoanie Hotel !
Jam setengah 2 siang saya mulai perjalanan. Perjalanan hari ini dimulai dari yang terjauh dahulu. Yaitu Danau Tondano dan Danau Linow. Papan penunjuk arah di Tomohon sangat mudah, sehingga saya tidak perlu berhenti untuk bertanya kepada warga sekitar. Lama perjalanan dari Tomohon menuju Danau Tondano sekitar 45 – 60 menit., itupun karena kami berhenti – berhenti untuk foto.
Jalan menuju Danau Tondano indah banget. Jalanan mulus dengan sawah di kiri kanan, dihiasi dengan background perbukitan dan Gunung Lokon di kejauhan. Saya pun memacu motor dengan perlahan sambil menikmati pemandangan dan menghirup udara yang sangat segar. Dalam perjalanan menuju Danau Tondano akan menemui beberapa rumah dengan model ala-ala di luar negeri. Lengkap dengan cerobong asap, kolam ikan dan jembatan kayu di halamannya. Bahkan ada rumah yang menggunakan kincir angin, sehingga saya merasa tidak sedang di Indonesia. Menurut info yang saya dapatkan, di sana ada rumah yang memenangkan kontes foto yang diadakan instagram.
Puas menikmati pemandangan dan rumah – rumah ala Belanda, saya pun memacu motor saya menuju ke Danau Tondano karena waktu semakin sore dan saya berencana mengunjungi Danau Linow sepulang dari Tondano. Tidak terlalu lama, akhirnya bentangan danau terluas di Sulawesi Utara ini pun mulai terlihat. Yang perlu kita lakukan untuk menikmati pemandangan danau adalah dengan masuk ke restoran atau cafe yang banyak berjejer di sepanjang danau. Semua resto disini menghadap langsung ke Danau Tondano. Resto yang saat itu saya pilih adalah Lour Camp, karena resto ini cukup besar dan menyita perhatian saya. Saat ke Tondano jangan lupa untuk memesan menu spesial ala Tondano, yaitu perkedel nike. Nike adalah ikan endemik dari Danau Tondano. Ikan nike ini semacam ikan teri tapi dengan ukuran yang lebih kecil lagi. Biasa diolah menjadi perkedel.
Tomohon merupakan alternatif wisata jika ke Manado. Dengan jarak yang tidak terlalu jauh dan udara yang lebih sejuk dibanding Manado, wajar rasanya jika Tomohon menjadi tujuan wisata akhir pekan bagi warga Manado. Dalam perjalanan Manado – Tomohon akan melewati kompleks perumahan elite Citraland, dimana disana dibangun patung Yesus tertinggi di Asia Tenggara. Jika malam tahun baru, jalur Manado – Tomohon maupun sebaliknya akan macet dan bisa sampai 3 jam perjalanan. Saya mulai deg-degan karena besok saya akan kembali ke Manado pada malam tahun baru, semoga saja tidak semacet yang saya bayangkan. Dan karena lelah, saya pun tertidur di dalam mobil. Sebelumnya jangan lupa untuk menyebutkan tempat pemberhentian kita kepada pak supir, karena nanti dia akan menurunkan kita di tempat yang kita mau. Selama di Tomohon, kami akan menginap di Jhoanie Hotel. Ini hotel yang paling direkomendasikan di Tomohon.
Saya sampai di Tomohon jam setengah 12 siang dan langsung diantarkan ke Jhoanie Hotel. Kesan pertama tentang Tomohon adalah sejuk dan hijau karena Tomohon merupakan daerah dataran tinggi. Tomohon berada di kaki Gunung Lokon, terkenal dengan sebutan Kota Bunga. Setahun sekali diadakan Tomohon Flower Festival, ini merupakan event tahunan yang sangat terkenal. Untuk tahun 2015, Tomohon Flower Festival diadakan pada bulan Agustus. Predikat Tomohon sebagai kota bunga bukan tanpa alasan, di sini hampir semua rumah halamannya digunakan sebagai kebun bunga. Kebun bunga di Tomohon dapat ditemukan di sepanjang jalan Kakaskasen, searah dengan jalan menuju hotel. Para penjual bunga pun juga sangat mudah ditemukan di sepanjang jalan raya Manado – Tomohon.
Kebun bunga di halaman warga |
Lobby Jhoanie Hotel |
Jam setengah 2 siang saya mulai perjalanan. Perjalanan hari ini dimulai dari yang terjauh dahulu. Yaitu Danau Tondano dan Danau Linow. Papan penunjuk arah di Tomohon sangat mudah, sehingga saya tidak perlu berhenti untuk bertanya kepada warga sekitar. Lama perjalanan dari Tomohon menuju Danau Tondano sekitar 45 – 60 menit., itupun karena kami berhenti – berhenti untuk foto.
Jalan menuju Danau Tondano indah banget. Jalanan mulus dengan sawah di kiri kanan, dihiasi dengan background perbukitan dan Gunung Lokon di kejauhan. Saya pun memacu motor dengan perlahan sambil menikmati pemandangan dan menghirup udara yang sangat segar. Dalam perjalanan menuju Danau Tondano akan menemui beberapa rumah dengan model ala-ala di luar negeri. Lengkap dengan cerobong asap, kolam ikan dan jembatan kayu di halamannya. Bahkan ada rumah yang menggunakan kincir angin, sehingga saya merasa tidak sedang di Indonesia. Menurut info yang saya dapatkan, di sana ada rumah yang memenangkan kontes foto yang diadakan instagram.
Puas menikmati pemandangan dan rumah – rumah ala Belanda, saya pun memacu motor saya menuju ke Danau Tondano karena waktu semakin sore dan saya berencana mengunjungi Danau Linow sepulang dari Tondano. Tidak terlalu lama, akhirnya bentangan danau terluas di Sulawesi Utara ini pun mulai terlihat. Yang perlu kita lakukan untuk menikmati pemandangan danau adalah dengan masuk ke restoran atau cafe yang banyak berjejer di sepanjang danau. Semua resto disini menghadap langsung ke Danau Tondano. Resto yang saat itu saya pilih adalah Lour Camp, karena resto ini cukup besar dan menyita perhatian saya. Saat ke Tondano jangan lupa untuk memesan menu spesial ala Tondano, yaitu perkedel nike. Nike adalah ikan endemik dari Danau Tondano. Ikan nike ini semacam ikan teri tapi dengan ukuran yang lebih kecil lagi. Biasa diolah menjadi perkedel.
Sayangnya saat saya kesana, enceng gondok sedang tumbuh banyak di pinggiran danau hingga menutupi areal danau sampai 10 meter, tapi tidak mengurangi keindahan Danau Tondano. Saat di Lour Camp, kami memesan pisang goreng, kentang goreng dan tidak lupa memesan perkedel nike. Sayang sekali saat kesana kami sudah makan sehingga tidak sempat menyicipi mujair bakar khas Tondano yang katanya enak sekali.
Sama seperti di Ternate, pisang goreng disini juga disajikan bersama sambal. Tapi tidak ada yang mengalahkan enaknya pisang mulut bebek di Pantai Sulamadaha, Ternate. Hiks, kangen Ternate ! Mungkin sepulang dari perjalanan ini, saya punya kebiasaan baru yaitu makan pisang goreng dengan sambal. Ok, sekarang saatnya mencicipi perkedel nike. Sepintas bentuknya lebih pantas disebut dengan bakwan nike. Karena menurut saya perkedel itu identik dengan kentang hihihi. Rasanya enak banget bloggie, gurih – gurih crispy. Mungkin jika mau diduplikasi dengan ikan teri rasanya kurang pas, karena setelah saya zoom, ikan nike ini super duper kecil. Ukurannya sekitar 1/3 ikan teri, nah bayangkan lah sekecil apa ikan nike.
Testimoni orang terkenal di Lour Camp |
Setelah kenyang ngemil di Lour Camp dan terbuai suasana hingga kami ga sadar sudah mulai kesorean, kami langsung cabut menuju Danau Linow. Arah Danau Tondano dan Linow ini berlawanan, sehingga saya harus kembali lagi ke Tomohon dan kemudian mengambil jalan menuju Kawangkoan. Untuk menuju Danau Linow harus bertanya kepada warga sekitar karena papan penunjuk menuju Linow tidak terlihat selama di Tomohon. Papan penunjuk akan terlihat jika kita sudah memasuki jalan raya Tomohon – Kawangkoan.
Sedikit intermezzo. Satu kebiasaan masyarakat disini yang mulai saya pahami adalah, mereka selalu mengatakan sesuatu secara berlebihan haha. Seperti contohnya saat saya bertanya tentang letak Jhoanie Hotel, orang-orang di dalam mobil mengatakan Jhoanie Hotel itu jauh banget dari pusat kota. Padahal setelah kami mengendarai motor dari hotel menuju jalan raya Tomohon jaraknya tidak sampai 5 menit perjalanan. Yang kedua, saat saya menanyakan arah menuju Danau Linow pada salah satu warga sekitar. Mereka mengatakan Danau Linow itu jauh banget, dari Kawangkoan masih lurus lagi jauh. Tapi buktinya, kami sampai disana dalam waktu setengah jam. Haha,anyway, warga Tomohon baik – baik semua, bloggie. Mereka juga sangat welcome dengan pendatang, mereka sangat baik menjelaskan arah kepada kami. Sekedar saran saja, jangan lupa memberi greetings dahulu sebelum menanyakan arah, dan kalau pakai helm lepas dahulu helmnya supaya lebih sopan. Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung, horas bah !
Kembali lagi ke topik awal. Dari Tomohon menuju Danau Linow, saya harus mengambil arah menuju Kawangkoan. Nanti lurus saja jangan belok – belok sampai nanti ada papan penunjuk di kiri jalan arah menuju Danau Linow. Awas hati – hati karena papan penunjuk dan jalannya kecil bloggie, seperti jalan perkampungan begitu. Tapi jangan takut salah jalan, karena jika aroma belerang mulai tajam tercium, maka Danau Linow sudah di depan mata. Danau Linow dikenal dengan danau tiga warna. Warna ini terbentuk karena pengaruh kandungan belerang di Danau Linow. Tiga warna yang dimaksud pun tidak terlalu signifikan, hanya terlihat belang – belang saja. Hijau muda, hijau tua, dan terkadang ada warna putih.
Tiket masuk Danau Linow seharga 25.000. Harga yang sepintas cukup mahal bagi backpacker kere macam saya. Tapi tiket tersebut dapat ditukarkan dengan welcome drink berupa kopi atau teh. Karena Danau Linow ini dikelola oleh swasta, maka sarana di sekitar danau sangat terawat. Saya pikir harga segitu rasanya pantas.
Jam 6 sore kami kembali pulang ke Tomohon, karena hari sudah mulai gelap dan mulai gerimis. Selesai sudah perjalanan kami hari ini mengunjung danau – danau yang indah di Tomohon. Semoga besok juga tidak kalah serunya dan saya bisa meihat Gunung Lokon yang seharian ini tertutup kabut tebal.
Jhoanie Hotel berada di jalan Lingkar Timur, Kakaskasen. Memang, jalan ini bukan merupakan jalan kota. Tapi jarak menuju ke pusat kota Tomohon tidak terlalu jauh, karena saya diberi tahu shortcut oleh pihak hotel. Yang menjadi kendala adalah jalan pintas tersebut gelapnya bukan main saat malam . Saat saya pulang menuju hotel, jalanan super gelap, tidak ada satupun lampu jalan, hanya beberapa rumah saja di sana yang tidak menyumbang cahaya sama sekali. Hingga kami diuji dengan melewati beberapa meter hutan bambu dimana disana total blackout. Lampu jauh motor pun sudah saya pasang, gas juga sudah saya pacu sekuat mungkin. Saya bukan takut begal atau semacamnya, saya takut hantu haha ! Oleh karena itu saya istigfar terus selama melewati jalanan gelap tersebut. Tapi tenang bloggie, Jhoanie Hotel ini benar – benar recommended ! Stafnya ramah dan servisnya memuaskan.
Jhoanie Hotel
Jl. Lingkar Timur Kakaskasen 3, Tomohon – Sulawesi Utara 95417Kembali lagi ke topik awal. Dari Tomohon menuju Danau Linow, saya harus mengambil arah menuju Kawangkoan. Nanti lurus saja jangan belok – belok sampai nanti ada papan penunjuk di kiri jalan arah menuju Danau Linow. Awas hati – hati karena papan penunjuk dan jalannya kecil bloggie, seperti jalan perkampungan begitu. Tapi jangan takut salah jalan, karena jika aroma belerang mulai tajam tercium, maka Danau Linow sudah di depan mata. Danau Linow dikenal dengan danau tiga warna. Warna ini terbentuk karena pengaruh kandungan belerang di Danau Linow. Tiga warna yang dimaksud pun tidak terlalu signifikan, hanya terlihat belang – belang saja. Hijau muda, hijau tua, dan terkadang ada warna putih.
Tiket masuk Danau Linow seharga 25.000. Harga yang sepintas cukup mahal bagi backpacker kere macam saya. Tapi tiket tersebut dapat ditukarkan dengan welcome drink berupa kopi atau teh. Karena Danau Linow ini dikelola oleh swasta, maka sarana di sekitar danau sangat terawat. Saya pikir harga segitu rasanya pantas.
Senja di Tomohon |
Jhoanie Hotel
Phone : 0431 – 354439
Email : jhoaniehotel@gmail.com
Website : www.jhoaniehotel.com
DAMAGE COST :
*Taksi Bandara – Karombasan : 90.000/2 : 45.000
*Mobil Manado – Tomohon : 15.000
*Hotel : 350.000/2 : 175.000
*Sewa motor : 150.000/2 : 75.000
*Bensin : 30.000/2 : 15.000
*Tiket masuk Danau Linow : 25.000
*Ngemil di Lour Camp : 61.000/2 : 30.500
*Makan malam KFC : 61.000/2 : 30.500
Total : IDR 411.000
selamat malam mba. mau nanya utk ambil alternatif mobil plat hitam utk ke tomohonnya mmng ada di pasar karombasan ?
ReplyDeleteHai edward, saya kurang tau saya waktu itu diturunkan di karombasan atau tidak. Tapi waktu itu memang banyak mobil2 parkir untuk angkutan ke tomohon, blg saja ke supir taksinya mau ke tomohon mau naik plat hitam mnta dturunkan di pangkalannya. Begitu. Semoga bisa membantu :)
DeleteBantu jawab ya.
DeleteMobil plat hitam ke Tomohon ada di sekitaran Wanea Plaza. Kalau mau cari angkot (mikro) cari yg jurusannya Rano Tana/Karombasan/Wanea Samrat. Kalau naik taksi sih bilang aja mau naik mobil yg ke Tomohon di Wanea :)
one of the cities in Indonesia with the Christian majority. "City Nyiur Waving" is synonymous with the Marine Park Bunakennya wonderful and unique culinary.
ReplyDeletetogel singapore