Hari ini rencananya saya ingin wisata kuliner khas Ternate seperti Popeda (papeda) dan Gohu Ikan alias sashimi ala Ternate, ikan tuna segar dipotong dadu dan dicampur dengan perasan jeruk nipis, kemangi, dan bahan bahan lainnya. Keuntungan menginap di Hotel Boulevard adalah hotel ini letaknya sangat strategis. Terletak di Ruko Jatiland Bussiness Center, hotel ini berhadapan langsung dengan Jatiland Mall. Mall terbesar di Ternate setelah Ternate Mall. Selain Jatiland Mall, hotel ini juga berhadapan dengan masjid terbesar di Ternate, Masjid Al Munawarrah. Dan hotel ini dekat dengan kawasan Tapak, yaitu kawasan wisata kuliner malam hari yang berada di pinggir laut. Selain itu hotel Boulevard juga dekat dengan pasar tradisional, Pasar Higienis Bahari Berkesan. Di sini terdapat warung popeda yang cukup tenar, Warung Gamalama. Jadi, tidak rugi sama sekali menginap di hotel Boulevard. Lokasinya sangat strategis dan aman bagi solo traveler kaya saya.
Jam 11 siang saya keluar dari hotel jalan kaki, rencananya saya mau jalan kaki saja ke Pasar Higienis mau berburu Popeda. Tapi sebelumnya tiba-tiba saya teringat dengan Restoran Floridas yang terkenal dengan viewnya yang langsung ke arah Pulau Maitara. Saya memutuskan untuk nongkrong sebentar disana dulu. Kemudian saya mencari ojek yang bisa mengantarkan saya kesana. Dari hotel menuju resto Floridas cukup jauh, karena resto Floridas berada di jalan menuju Danau Ngade. Saat saya lagi jalan, tiba-tiba ada sesosok kang ojek yang nyamperin saya sambil menunjukkan jempolnya (isyarat ala kang ojek kalo nawarin tumpangan). Saya liatin dari atas sampe bawah sosok kang ojek ini karena saya sedikit ga yakin dengan perawakannya yang rapi abis gini masa sih tukang ojek. Udah gitu saya menangkap aura kegantengan dibalik helmnya, mirip mirip Ernest Prakasa tapi ini versi pribumi, “Ini ga mungkin tukang ojek” batin saya.
“Mas tukang ojek ?” Sumpah ini pertanyaan bodoh #LOL
“Iya mba, mau kemana ?”
Wuanjriiit, high quality kang ojek ini mah namanya
“Resto Floridas, mas. Tau ga ?”
“Ahh iya tahu kok mba, mari saya antar” Duh sopan banget.
“Berapa ?”
“50 ribu ya mba ? Agak jauh soalnya”
“Iya mas, tapi tungguin saya yah. Saya mau makan bentar disana”
“Iya mba”
Naiklah saya di boncengan tukang ojek ini, wangi abis. Matih, gugup abis nih diboncengin
#dikeplak. Dan sejak saat itu, fix maksimal saya jadi fans Ernest Prakasa karena mengingatkan saya sama kang ojek Ternate yang fenomenal ini.
|
Wangi.... |
|
Gunung Gamalama di depan mata |
Akhirnya sampailah saya di bangunan yang kelihatannya lagi direnovasi. Yah, ternyata Restoran Floridas lagi direnovasi. Gagal deh nongkrong sambil ngeliatin Pulau Maitara.
“Mba tadinya mau makan disini ?”
“Mau foto aja sih, Mas”
“Yasudah, mari saya anter masuk aja, biar mba bisa foto”
Aaaakkk baiknyaaaa !! #menggelepar
Akhirnya berkat kemachoan di kang ojek ini saya berhasil masuk ke restoran Floridas yang lagi direnovasi ini. Dan seandainya lagi ga direnovasi, ini tempat kece. Bisa liat laut lepas dan Pulau Maitara di tengahnya.
|
Pulau Maitara |
|
Diambil dari Restoran Floridas |
Setelah puas menjepret, saya keluar bersama tukang ojek.
“Abis ini mau kemana lagi ? Mari saya antar”
Tanpa mikir panjang lagi “Hari ini saya booking ya mas”
“Bisa, bisa mba. Seharian sama saya mba”
Waseeeekkk #menggelepar
Kemudian tanpa basa basi saya langsung menunjukkan foto di instagram yang memperlihatkan view Pulau Maitara dan Danau Ngade dalam 1 frame. Saya ingin diantar kesana. Kemudian si mas ojek ini mencoba menganalisa dimana posisi pengambilan fotonya. Dan dia bersedia mengantarkan saya menuju view point Danau Ngade dan Pulau Maitara. Dalam perjalanan kami ngobrol dan barulah saya tahu kalau ternyata mas ojek ini bukan orang Ternate, melainkan orang Padang yang pindah ke Jakarta kemudian pindah ke Halmahera Timur. Keliatan sih dari awal dari logatnya yang tidak terlalu kental aksen timurnya.
“Saya Firman”
“Ohh, saya Ami”
Ngojek di Ternate ini hanya mengisi waktu luang, dia kerja di PT. Antam (Aneka Tambang) di Halmahera Timur. Pantesan, dia mah bukan potongan tukang ojek. Too good to be “kang ojek”. Sambil ngobrol ngobrol, saya celingukan mencari view point yang kira-kira pas dengan foto di instagram. Dan mata saya tertuju ke sebuah reruntuhan rumah yang terbengkalai. Kami pun berhenti disana. Untuk menuju view point Danau Ngade, kalian harus masuk ke dalam gang yang berada di sebelah Danau Ngade, jalannya nanti akan menanjak. Ikuti saja terus sampai nanti kiranya menemukan tanah lapang untuk melihat view Danau Ngade dan Pulau Maitara. Karena tidak ada papan penunjuk, jadinya kita harus peka sendiri menentukan view pointnya.
Ternyata benar, disini pemandangannya hacep abis alias pecah abis. Saya jadi malas untuk beranjak turun. Seandainya bawa nasi bungkus, saya mau mau aja makan di sini sambil menikmati pemandangan.
|
Danau Ngade dan Pulau Maitara di kejauhan |
|
Numpang mejeng dulu authornya |
Karena sudah menunjukkan jam makan siang, saya pun terpaksa turun dan minta diantarkan ke warung makan yang menyediakan popeda. Saya sih hanya ingin coba-coba aja, kalau nanti ga doyan baru cari nasi campur untuk makan siang. Wajib hukumnya makan popeda kalau ke Ternate.
Dalam perjalanan, kami melewati sebuah tanah kosong yang sedikit menjorok ke arah laut. Dan dengan inisiatifnya Mas Firman memberhentikan motor disana,
“Disini bagus buat foto-foto mba”. Fix, Mas Firman ini kang ojek yang informatif dan aktif. Saya pun segera turun dari motor dan segera foto-foto seperti saran dari Mas Firman.
Di Ternate, orang-orang terbiasa untuk hidup tanpa beras. Banyaknya pengganti nasi sebagai makanan pokok membuat mereka tidak ketergantungan dengan nasi. Contohnya saja popeda yang bahan bakunya berupa tepung sagu, kemudian ada singkong dan ubi rebus. Beda dengan saya, yang harus ditubruk nasi dulu baru bisa dikatakan makan.
|
Pelabuhan barang Ternate |
Tempat yang terkenal menyajikan popeda berada di bagian belakang Pasar Higienis, Ternate. Disini akan ada satu gang yang isinya warung popeda. Dan ketika jam makan siang, bakal dipenuhi orang-orang.
Akhirnya kami sampai di komplek warung popeda, dan benar saja semua warung penuh. Dan Mas Firman benar benar selektif memilihkan warung popeda untuk saya. Ketika ditawari untuk sharing meja dengan pengunjung lain, mas Firman menolak dan berusaha mencarikan warung popeda untuk saya. Good service !!. Setelah tidak begitu lama, kami dapat meja di sebuah warung. Saya pun mengajak Mas Firman untuk ikut makan bersama saya, karena saya tidak tahu cara makan popeda dan butuh guide hahaha ! (serius ini bukan modus)
Di sebuah meja panjang, terhidang piring-piring kecil dengan berbagai jenis makanan. Seperti kondimen di Korea, piring-piring tersebut adalah makanan pendamping untuk makan popeda. Ada ikan kuning, pisang rebus, singkong rebus, daun pepaya, sambel kacang, sambel dabu-dabu dan beberapa makanan lain yang saya ga tau itu apaan. Sistemnya disini all you can eat, satu orang 30.000. Cukup murah bukan ? Makin cinta sama Ternate !
|
Makan popeda ditemenin Mas Firman, yeah |
|
Karedok ala Ternate, enak banget |
Untuk makan popeda dilengkapi dengan kuah. Ada 3 jenis kuah yang disediakan, kuah kuning, kuah asam, dan satu lagi saya lupa nama kuahnya. Saya memilih menggunakan kuah kuning. Kemudian cara memindahkan popeda ke piring adalah dengan menggunakan sumpit dengan cara diputar putar kemudian dipindahkan ke piring.
|
Lagi memperagakan cara memindahkan popeda ke piring |
Awalnya saya hanya mengambil sedikit popeda ke piring saya, karena takut nanti ga doyan. Akhirnya saya menyuapkan suapan pertama ke mulut saya. Dan, beyond expectation ! Rasanya sumpah enak banget, rasanya light di mulut. Kuah kuning yang menjadi pilihan saya pun sangat segar, papeda dan kuah kuning rasanya langsung meluncur ke tenggorokan saya. Kemudian tidak ragu lagi saya mengambil popeda lebih banyak ke piring . Sampai akhirnya saya habis hingga 2 piring. Saya sendiri pun masih belum percaya, saya doyan popeda ! Mas Firman mengajarkan saya untuk mencampur makanan di meja dengan popeda, pilihan saya tertuju kepada seonggok pisang rebus. Dan voila, jadilah kombinasi absurd, ikan kuah kuning, popeda, dan pisang rebus dalam satu piring. Rasanya enak-enak aja, saya ga merasa aneh.
|
Perpaduan popeda, pisang rebus, ikan kuah kuning. Enak |
Resmi sudah saya jadi orang Ternate, saya sudah makan popeda hahaha. Tapi sayangnya saya belum berkesempatan mencicipi gohu ikan. Karena hidangan ini sedikit susah ditemukan dijual, kalau mau mencobanya harus minta dibuatkan oleh warga setempat. Ahh ga masalah, berarti nanti akan ada kunjungan ke Ternate kedua haha !
Setelah kenyang, kami melanjutkan perjalanan menuju Kedaton Sultan Ternate. Usut punya usut ternyata Mas Firman ini juga belum pernah ke Kedaton, jadinya ini adalah kali pertama kami mengunjungi Kedaton Sultan Ternate. Sambil mencari-cari pintu masuknya, sampailah kami di sebuah gerbang yang dijaga oleh 2 orang, saat ditanya buka atau tidak, ternyata jawabannya buka. Yeay ! Lucky me ! Soalnya, Kedaton ini hanya dibuka saat-saat tertentu saja. Ketika ada Sultan, kedaton tidak boleh dimasuki umum karena digunakan sebagai tempat tinggal raja. Namun jika Sultan sedang tidak ada di rumah maka boleh dibuka untuk umum, itupun hanya hari tertentu saja.
|
Pintu masuk Kedaton Ternate |
Untuk masuk ke dalam Kedaton harus lewat belakang, tidak boleh lewat dari depan. Karena pintunya dikunci. Nanti dibelakang kita akan bertemu dengan juru kuncinya, tinggal bilang saja mau lihat-lihat nanti akan dipersilakan masuk. Sebelum masuk, kita harus melepas alas kaki terlebih dahulu, kemudian si bapak juru kunci akan komat kamit di depan pintu sebelum pintu dibuka. Jangan lupa ucapan “Assalamualaikum” atau “Permisi”.
Sejak Sultan Ternate ke 48, Mudaffar Sjah meninggal, maka belum ada yang menggantikan posisi Sultan Ternate sampai sekarang, sehingga kedudukan Sultan masih kosong. Oleh karena itu ini merupakan saat yang tepat untuk mengunjungi Kedaton Ternate, karena belum ditempati oleh Sultan. Karena nanti jika sudah ada Sultan, maka rumah ini akan menjadi tempat tinggal beliau dan akan ditutup untuk umum. Konon katanya, di Kedaton tersimpan sebuah mahkota milik Sultan dari jaman dahulu yang memiliki rambut, dan rambut itu dapat tumbuh. Rambut yang tumbuh hanya dapat dipotong pada saat tertentu saja.
|
Kalau bendera kuningnya diturunkan berarti Sultan tidak berada di Kedaton |
|
Penghargaan dari MURI |
|
Bule aja datang ke Kedaton |
Karena areal yang terbuka untuk umum terbatas, maka kami tidak terlalu lama di dalam sana. Kami pun pamit undur diri kepada juru kunci setelah sebelumnya memberi infaq seikhlasnya di tempat yang telah disediakan. Kemudian Mas Firman mengantarkan saya kembali ke hotel, sedih rasanya harus berpisah. Toh saya sudah mengelilingi Ternate, ga tau harus kemana lagi. Sesampainya di depan hotel, mas Firman bilang,”Nanti malam kalau mau keluar telpon aja yah ? Udah satu paket untuk hari ini, dan besok pun dianter ke bandara juga udah sepaket sama hari ini” HUAPAAAHH !! Dibanding Pak Oslan kemarin yang cuma muter doang trus malemnya saya ditelantarin, sedangkan ini paketnya sampe besok. Seneng banget saya hahaha ! #menggelepar. Dan saya pun buat janji sama Mas Firman kalau malam ini saya minta ditemenin makan di daerah Tapak. Yes sip !
|
Bobok siang |
Jam 7 malam saya dijemput Mas Firman, dan masih sama dengan wanginya yang khas menyambut saya di motor #menggelepar.
“Jalan-jalan dulu ya, liat Ternate malam hari”, mas Firman ngajak keliling-keliling dulu sebelum makan di Tapak. Sekalian cari oleh-oleh makanan khas Ternate untuk upeti orang rumah biar dibukain pintu.
|
Siluet Gunung Gamalama di malam hari. |
Malam itu saya diajak keliling melihat Ternate di malam hari. Mas Firman menjelaskan tentang jalan di kota Ternate yang mudah banget dan ga akan membuat orang tersesat. Karena saking kecil kotanya, maka dalam seminggu saja pasti bisa hafal jalanan. Dalam perjalanan keliling-keliling, saya di Whatsapp bapak yang titip minta dibawakan batu halmahera hijau. Oh my God, akik.
“Mas, kalo malem masih ada yang buka ga ya toko batu ?”
“Mau beli batu ya ?” –bukan, mau beli pepes-
“Iya, batu halmahera. Aduh aku ga ngerti hahaha”
“Ahh gampang, nanti biar saya yang pilihin yang bagus”
Gila, ini mah kang ojek gadungan serba bisa, jadi guide oke, jadi temen ngobrol oke, jadi tukang batu akik pun oke. High quality ini mah !
|
Batu bacan yang dipegang itu seharga 700 ribu |
|
Mas Firman asik milih batu |
|
"Yak, tembus senternya ya om !" kalimat si mamang batu |
|
Sepintas kaya sampel marmer di kantor |
Dari satu lapak ke lapak yang lain. Nawar sana nawar sini, nyenter sana nyenter sini. Ternyata emang ribet milih batu yah. Ampun deh. Dan tadi waktu milih batu sempet dikira istrinya hahaha ! Ahh lupakan, bloggie hahaha ! #menggelepar. Akhirnya dapatlah 3 bongkah batu untuk bapak sebagai oleh-oleh. Batu berkualitas kece, yang udah dipilih Mas Firman dengan susah payah. Setelah mendapatkan oleh-oleh batu dan kue khas Ternate, bagea dan makron (kue dari sagu dengan rempah-rempah) kami menuju ke kawasan Tapak untuk makan malam. Kawasan Tapak sering disebut dengan Swering.
|
Nasi goreng ternate dilengkapi dengan ikan cakalang, enak ! |
|
Air Goraka |
Kami ngobrol panjang lebar ditemani air goraka dan pisang mulut bebek. Air goraka mirip seperti bajigur kemudian ditaburi kenari cincang diatasnya, lumayan enak. Kemudian pisang mulut bebek disini cukup berbeda dengan yang di Sulamadaha, karena pelengkapnya selain sambal ada ikan teri dan kacang goreng (tau gitu saya pesan nasi putih saja, hahaha)
Di Ternate, makin malam makin rame. Saya pikir ini kota kecil yang udik dan ga akrab dengan dunia malam. Tapi buktinya sudah jam 12 malam malah semakin ramai, kursi-kursi di sebelah kami yang tadinya kosong mulai terisi penuh. Jika saya tidak ingat kalau besok harus melanjutkan perjalanan ke Manado dengan flight pagi jam 9, saya bisa ngobrol sampai pagi dengan Mas Firman. Akhirnya jam setengah 1 kami pulang, mas Firman mengantarkan saya sampai ke hotel.
|
Repacking |
Terima kasih Ternate untuk semua keramah tamahannya. Salah satu kota yang menurut saya ramah dengan pendatang. Saya merasa seperti di rumah sendiri. Kalau saja saya tidak bekerja di bidang yang membutuhkan pembangunan, saya pasti sudah hijrah ke Ternate. Sempat terlintas untuk kerja di NGO saja haha, ahh entahlah. Ternate terlalu indah untuk ditinggalkan. Terima kasih untuk Mas Firman yang udah nemenin saya seharian jalan-jalan, andai saja ketemu Mas Firman di hari pertama saya sampai Ternate. Terima kasih sudah jadi guide, teman ngobrol, sudah mengantarkan kemana-mana. Two thumbs up ! Servis yang memuaskan sekali, semoga rejekinya makin banyak, Aamiin. Siapa tau bloggie ke Ternate, bisa hubungin Mas Firman di nomor 081219100100. Siapa tau mas Firman lagi di Ternate dan bisa handle tamu. Tapi kalau mas Firman lagi di Halmahera Timur berarti ga jodoh, kalau mau ketemu samperin aja ke Maba, Halmahera Timur. Alternatif lain call saja Pak Oslan, ojek saya di hari pertama di nomor 082227175836.
DAMAGE COST :
*Makan popeda : 30.000
*Makan malam di Tapak : 75.000
*Ojek Mas Firman : 200.000
*Infaq Kedaton Ternate : 20.000
Total : IDR 325.000